Di Indonesia Timur, terdapat cacing laut jenis cacing wawo dan nyale yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Hewan tersebut biasa muncul setahun sekali atau dua kali, yakni pada Februari atau Maret, dalam jumlah yang sangat banyak.
Cacing-cacing tersebut umumnya hidup di dasar laut, namun pada waktu-waktu tertentu akan muncul ke permukaan air dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya. Cacing wawo biasanya muncul tepat setelah matahari terbenam.
Tujuan kemunculan cacing wawo atau laor ke permukaan laut adalah untuk bereproduksi, sehingga pada individu jantan hampir seluruh tubuhnya berisi sperma, sedangkan pada individu betina hampir seluruh tubuhnya berisi ovum.
Itu sebabnya kandungan proteinnya sangat tinggi. Pada kondisi itu, tubuh biota laut tersebut sangat mudah hancur dan setelah memijah hewan tersebut akan mati.
Cacing wawo atau yang lebih dikenal dengan sebutan laor oleh masyarakat Ambon, memiliki kandungan protein tinggi, bahkan lebih tinggi dari telur.
Sementara itu, di Lombok, cacing nyale akan muncul pada waktu subuh. Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret, masyarakat lokal bersama wisatawan berlomba menangkap cacing laut yang dikenal dengan sebutan nyale dalam acara Festival Bau Nyale yang sudah dilakukan secara turun temurun.
Kemunculan nyale berwarna merah dan hijau di permukaan air hanya sekitar dua sampai tiga jam saja.