Suara.com - Anda tertarik menjadi penulis dan berkecimpung di dunia literasi Indonesia? Simak unek-unek dari pakar berikut ini.
Brilliant Yotenega, penulis yang juga Co-Founder Storial.Co mengatakan, masalah utama terbesar dalam dunia literasi Indonesia adalah akses bacaan yang terbatas.
Masalah ini dialami terutama oleh mereka yang tinggal di luar Pulau Jawa. Susahnya akses terhadap bacaan membuat variasi konten yang tersedia pun terbatas.
“Kalau dibandingkan dengan buku-buku di luar negeri, itu variasinya sangat banyak. Selain itu, ada masalah biaya buku yang mahal,” ungkapnya pada acara Pandemi dan Masa Depan Buku Digital, Kamis (1/7/2021).
Baca Juga: Buktikan Cinta pada Istri, Pria Ini Bikin Tato Buku Nikah
Biaya buku yang mahal ini menurut Brilliant bukan sekadar harga buku yang mahal dan ongkos percetakan.
Bagi mereka yang tinggal di luar Pulau Jawa, ongkos kirim bahkan bisa lebih mahal daripada harga bukunya.
“Logistik kita itu sangat susah dan mahal. Dan kalau kirim buku ke pulau terpencil, itu lebih mahal ongkosnya dibanding bukunya,” katanya lagi.
Di sisi lain, perkembangan teknologi digital juga telah merambah dunia literasi. Kekinian, menulis buku bisa dilakukan secara online.
Selain gratis, menulis buku online yang kemudian diterbitkan dalam format digital juga lebih mudah diakses.
Baca Juga: Dosen Unhas Latih Pengusaha Ikan Kering Kelola Buku Kas
Berbeda dengan buku cetak yang butuh waktu untuk dicetak, penulis buku digital tidak perlu menunggu 6-12 bulan hingga buku diterbitkan dan siap dijual.
“Kalau penulis yang sudah punya naskah, itu harus menunggu 6 sampai 12 bulan untuk diterbitkan dan siap dijual. Jadi ada masalahnya ada di sini,” tutupnya.