Suara.com - Kata civil war kini terdengar keren dan kekinian akibat diperkenalkan oleh film Avengers atau games.
Tapi tahu gak sih, civil war atau perang saudara ada dan nyata terjadi Indonesia, dan jadi bagian sejarah terbentuknya Tanah Air?
Mengutip Ruang Guru, Selasa (22/6/2021), terdapat beberapa perang saudara dalam sejarah Indonesia yang menjadi sorotan, khususnya pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Apa saja? Berikut daftarnya!
1. Kerajaan Panjalu versus Kerajaan Janggala
Salah satu sejarah perang saudara di Indonesia berawal dari Raja Airlangga, yang saat itu memimpin Kerajaan Mataram Kuno menggantikan Dharmawangsa. Ketika tahun 1006 Kerajaan Mataram Kuno runtuh, Raja Airlangga memindahkan lokasinya dan mendirikan kerajaan baru bernama Kahuripan di Jawa Timur.
Baca Juga: Myanmar Diambang Perpecahan, Dewan Keamanan PBB Diminta Ambil Tindakan
Kerajaan Kahuripan termasuk kerajaan yang makmur, karena terletak di tepi Sungai Brantas yang ramai dilewati jalur perdagangan. Wilayah kekuasaan Kerajaan Kahuripan juga luas, hampir menguasai seluruh Jawa Timur.
Raja Airlangga punya 2 putra, yakni Samarawijaya dan Mapanji Grasakan. Tapi persaudaraan dari kedua putranya penuh dengan persaingan sejak kecil, dan tidak seperti hubungan kakak beradik pada umumnya.
Sejak muda, Samarawijaya dan Mapanji Grasakan saling bersaing ingin memperebutkan takhta dan kekuasaan.
Sehingga sesuai saran dari seorang Brahmana yang bernama Empu Bharada, Raja Airlangga akhirnya membagi wilayah kerajaannya jadi dua.
Raja Airlangga membagi wilayahnya jadi bagian barat dan timur. Di sebelah barat punya Samarawijaya dengan kerajaannya yaitu Kerajaan Panjalu.
Baca Juga: Kerajaan Banten Ternyata Pernah Janji Serahkan Jakarta Pada Raja Inggris
Wilayah Kerajaan Panjalu meliputi daerah Kediri dan Madiun. Sedangkan di sebelah timur punya Mapanji Grasakan, dengan Janggala sebagai kerajaannya. Wilayah Kerajaan Janggala meliputi daerah Malang, Surabaya, Rembang, dan Pasuruan.
Namun meski wilayah sudah dibagi rata, kedua raja ini tetap memperebutkan kekuasaan, ingin menguasai seluruh wilayah Jawa Timur. Perang saudara akhirnya pecah antara Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Janggala.
Perang saudara berlangsung hampir 60 tahun lamanya, dan berakhir saat Kerajaan Panjalu berhasil memenangkan perang. Saat itu Kerajaan Panjalu dipimpin oleh Raja Jayabaya.
2. Perang saudara picu runtuhna Kerajaan Kediri
Pada masa Kerajaan Kediri. Perang pecah di antara pengikut agama hindu dan budhha yang dinamakan Pertempuran Ganter.
Pertempuran Ganter adalah salah satu peristiwa perang saudara antara Raja Kertajaya melawan pasukan Tumapel di desa Ganter pada abad ke-13.
Saat itu pasukan Tumapel dipimpin oleh Ken Arok, dan hasilnya perang saudara ini dimenangkan oleh Ken Arok. Padahal Tumapel adalah salah satu daerah yang masih berada di bawah kekuasaan kerajaan Kediri, yang dipimpin Raja Kertajaya.
Alasan perang saudara terjadi antara Raja Kertajaya dan pasukan Tumapel, karena saat itu Raja Kertajaya menentang ajaran Hindu dengan meminta kaum Brahmana untuk menyembahnya seperti dewa.
Raja kertajaya ingin disembah karena percaya bahwa dirinya sangat sakti, hingga mampu duduk bersila di atas tombak tajam yang berdiri tanpa luka sedikitpun.
Ia juga sesumbar, kalau dirinya hanya mampu dikalahkan oleh Dewa Siwa, salah satu dewa di antara tiga dewa utama dalam agama Hindu (Trimurti).
Bahkan Raja Kertajaya mengancam akan membunuh siapapun yang tidak menyembahnya. Kaum Brahmana sangat menentang ancamannya, dan akhirnya meminta tolong Ken Arok, seorang penguasa dari Tumapel.
Berhubung Ken Arok berambisi untuk menguasai wilayah Jawa Timur, jadilah Ken Arok setuju saat diminta tolong oleh kaum Brahamana.
Setelahnya, karena Ken Arok memenangkan perang, ia kemudian mendirikan kerajaan baru, yakni Kerajaan Singasari pada 1222.