Suara.com - Generasi muda memiliki peran penting dalam mendukung pelestarian lingkungan. Salah satunya dengan mulai menyadari permasalahan lingkungan yang muncul seperti bahaya polusi udara.
Hal tersebut disampaikan oleh Senior Advisor on Gender and Youth for the Director-General of Wealth Health Organization (WHO) Diah Satyani Saminarsih.
Menurutnya, generasi muda saat ini mulai memiliki kesadaran yang tinggi dengan kondisi bumi yang semakin memprihatinkan.
"Climate activist memang banyak anak muda, karena berangkat dari kesadaran bahwa jangan dirusak lagi buminya, karena nanti dia yang akan mewarisi bumi yang rusak dari generasi sebelumnya," ujar Diah kepada Komunitas Bicara Udara melalui video di laman Instagram @bicaraudara, dikutip dari siaran pers yang Suara.com terima pada Jumat (18/6/2021).
Baca Juga: Bikin Fatwa Rokok Elektrik dan Konvensional Haram, Muhammadiyah Dapat Penghargaan WHO
Terlebih, Diah menuturkan, generasi muda saat ini hidup dalam dunia yang sulit. Sebab sedari dini sudah terekspos dengan bahaya-bahaya kesehatan yang tidak dialami oleh generasi-generasi sebelumnya.
"Kalau kita tidak me-manage bahaya kesehatan ini, salah satunya adalah polusi udara dan hidup di era pandemi. Negara-negara yang lagi mengejar persaingan seperti Indonesia, akan mempunyai generasi muda yang kurang dari generasi sebelumnya," ucapnya.
Selain itu, Diah mengungkapkan bahwa negara-negara di dunia sudah mengakui bahwa polusi udara turut mempengaruhi buruknya status kesehatan suatu negara.
"Intinya semua negara akan memperhitungkan air pollution dalam membuat kebijakan kesehatan. Jadi tidak boleh ada prioritas lebih terhadap apapun, prioritas utama tetap kesehatan masyarakat," ujar Diah.
Menurutnya, polusi udara justru sangat melekat pada masalah kesehatan. Di WHO, polusi udara sudah dibuat dalam resolusi dan disepakati oleh banyak negara untuk dipatuhi.
Baca Juga: Eropa Bersiap Masuki Liburan Musim Panas, WHO Ingatkan Pandemi Belum Berakhir
Sebab, kata dia, ancaman terhadap penyakit tidak menular seperti kanker paru-paru, kanker kulit, dan masalah-masalah ispa lain, berkaitan erat dengan polusi atau kondisi suatu udara di sebuah negara.
"Kita harus bisa mengidentifikasi driver-driver yang membawa impact kesehatan publik. kalo ternyata dilihat ada kebijakan polusi udara yang kurang tepat, ya berarti kebijakannya harus diubah, diganti, dan diperbaiki," pungkasnya.