Suara.com - Sampah menjadi persoalan serius yang selalu kita hadapi setiap hari. Sampah yang menggunung berdampak pada banyak masalah lingkungan, mulai dari polusi tanah, laut, bau tak sedap, hingga lingkungan yang tidak sehat. Masalah sampah ini dirasakan oleh Syawaludin yang kemudian menginisiasi sebuah gerakan sosial berbasis komunitas untuk mengelola dan mengolah sampah menjadi berkah melalui Bank Sampah Bintang Sejahtera.
Bersama istri, Syawaludin mendirikan inisiatif ini pada tahun 2010 dengan modal dari hasil penjualan mas kawinnya. Langkah besar ini berangkat dari kegelisahannya melihat bagaimana kota Mataram dan banyak daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tercemar akibat sampah. Padahal, NTB menjadi provinsi yang menyuguhkan keindahan panorama alam untuk industri pariwisata. Untuk melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat yang lebih luas, Syawaludin kemudian membentuk Facebook Group.
“Kami melihat bahwa laut kita bermasalah, sungai kita bermasalah, bahkan gunung kita yang tertinggi di NTB juga sudah bermasalah dengan sampah. Lalu, saya teringat Bapak saya dulu membesarkan saya dengan ‘sampah’. Akhirnya, mulailah bank sampah ini. Kami masuk desa keluar kampung setiap hari itu menemui masyarakat, membangun komunitas. Kami bukan melihat sampah sebagai masalah, tapi mencoba melihat sampah sebagai berkah,” ujar pria yang dulu dijuluki “Sarjana Sampah” lantaran berhasil lulus kuliah dari hasil berjualan sampah.
Awalnya, masyarakat lokal belum memiliki pemahaman yang mumpuni tentang bank sampah dan cara memilah sampah. Ketika berkunjung ke komunitas ibu-ibu, kelompok pengajian atau sekolah-sekolah untuk memberikan penyuluhan tentang olah dan pilah sampah, Syawaludin kerap menerima penolakan, karena dianggap sebagai “pemulung”.
Baca Juga: Pensiun Jadi Menteri, Susi Pudjiastuti Sibuk Pungut Sampah
Tak putus asa, Syawaludin mulai menjangkau petugas kebersihan di sekitaran kota Mataram untuk bersama-sama memberikan edukasi.
“Kami jelaskan bahwa dengan mengumpulkan sampah, mereka bisa dapat uang tambahan. Dari situ orang mulai tertarik dan akhirnya mendengar kehadiran bank sampah yang kami dirikan,” kata Syawaludin.
Tujuan utama Bank Sampah Bintang Sejahtera adalah memberikan edukasi kepada warga, khususnya di NTB, untuk dapat memilah sampah langsung dari sumbernya sehingga memudahkan proses daur ulang. Syawaludin gencar melakukan sosialisasi dan edukasi bersama komunitas dan masyarakat lokal, serta sinergi dengan pemerintah daerah. Melalui Facebook Group UD. Bank Sampah Bintang Sejahtera dan Halaman Bintang Sejahtera NTB, Syawaludin secara berkala mempublikasikan kegiatan bank sampah dan komunitasnya, memberikan edukasi tentang bagaimana mendirikan bank sampah dan mendaur ulang sampah menjadi barang bernilai ekonomis, serta berbagi inspirasi kepada orang-orang tentang pentingnya menjaga kelestarian Bumi.
“Setiap kali kami menggelar pelatihan, kami publikasikan lewat Facebook. Kami menerima banyak respon. Bukan hanya dari daerah kami, tapi juga dari provinsi-provinsi lainnya. Bahkan, ada beberapa yang datang ke tempat kami untuk berdiskusi bagaimana caranya mendirikan bank sampah,” ungkap Syawaludin, mengutip keterangan pers yang diterima Suara.com.
Saat ini, Facebook Group yang dikelola Syawaludin sudah memiliki 796 anggota, dengan mayoritas anggota berbasis di kota Mataram. Sedangkan Halaman Facebooknya kini telah diikuti oleh 1.847 orang.
Baca Juga: Sekolah Dibangun Dengan Batu Bata Terbuat dari Limbah Plastik
Lebih jauh, Syawaludin mengungkapkan, sampah-sampah yang terpilah akan dikumpulkan di setiap unit bank sampah dan dibayarkan oleh Bank Sampah Bintang Sejahtera. Setelah dibawa ke Reland Center Bintang Sejahtera NTB, sampah ini akan diolah menjadi material baru untuk memenuhi permintaan industri. Sampah seperti botol plastik, misalnya, dapat diolah dengan metode upcycling menjadi sofa, sementara sampah plastik seperti kemasan sachet, dapat diolah menjadi material paving block. Bahkan, beberapa anggota bank sampah dapat menabung dari setoran sampah untuk kebutuhan membayar pajak kendaraan hingga tabungan haji.
Ketika dirinya berkesempatan mengikuti pelatihan Facebook Laju Digital di Mataram pada 2019 lalu, ia mempelajari banyak fitur yang kemudian bisa digunakan untuk terhubung dan menjangkau lebih banyak orang. Tak hanya itu, ia juga mempelajari bagaimana cara membuat dan mengemas konten yang menarik, sehingga pesan untuk membangkitkan kesadaran terhadap pengolahan sampah dapat tersampaikan dengan baik.
Hingga saat ini, ada lebih dari 300 unit bank sampah yang telah bergabung dengan Bank Sampah Bintang Sejahtera. Unit-unit tersebut mengumpulkan sampah dari 12 ribu nasabah di wilayah NTB.
“Kita menjadi satu-satunya yang bertanggung jawab terhadap kelestarian dan hijaunya Bumi. Karena itulah sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk merawat dan mengembalikan Bumi ini dalam keadaan sebagaimana adanya, bahkan mungkin bisa lebih baik. Saya harap masyarakat di seluruh Indonesia mengambil peran yang aktif untuk bersama-sama memilah dan mengolah sampah,” pungkasnya.