Cerita Rektor ITS: Jauh Sebelum Pandemi, Kami Sudah Terapkan Kuliah Daring

Jum'at, 11 Juni 2021 | 07:57 WIB
Cerita Rektor ITS: Jauh Sebelum Pandemi, Kami Sudah Terapkan Kuliah Daring
Gedung Rektorat ITS Surabaya. (Sumber: bpp.its.ac.id)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siapa sangka, jauh sebelum ada pandemi Covid-19, sebuah perguruan tinggi negeri di Indonesia sudah menerapkan yang namanya kuliah daring.

Hal tersebut diungkapkan oleh Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Prof. Ir. Mochamed Ashari. Kata Ashari, jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia, ITS sudah menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh atau virtual.

Bahkan katanya, kuliah daring sudah dimulai sejak 10 tahun silam, tidak hanya digelar oleh kampus pusat Semarang, tapi juga di kampus ITS lain.

"ITS kita sudah mencanangkan dari jauh hari sebelumnya, yang namanya kuliah daring itu, 10 tahun lalu sudah kita jalankan dengan Indonesia Timur di beberapa universitas," ujar Ashari dalam acara Diskusi Virtual, Kamis (10/6/2021).

Baca Juga: Nadiem Ingin Buka Sekolah Lagi, Sudah Siapkah?

Meski sebelum pandemi diakui tidak semua mata kuliah yang digelar secara virtual, melainkan hanya beberapa mata kuliah saja. 

Bahkan dari aplikasi dan manajemen kampus juga bisa dilaksanakan secara online. Seperti data registrasi, atau surat administrasi yang dibutuhkan mahasiswa ataupun sebaliknya.

Setelah pandemi melanda, kata Ashari,  ITS hanya butuh waktu singkat untuk bisa beradaptasi.

Bahkan kurang dari satu minggu, ITS secara menyeluruh menjalankan kuliah daring, begitupun dengan sistem administrasi manajemen kampus, yang tidak ada satupun pakai sistem konvensional.

"Mungkin dari kita SDM yang agak senior yang perlu ditraining lebih lama. Tapi mereka bisa nggak sampai satu minggu, kita sudah jalan semua (kuliah daring)," selorohnya.

Baca Juga: Kemdikbud: Pembelajaran Jarak Jauh Bukan Kebijakan, Tetapi Pilihan

Lebih jauh, Ashari menyadari pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak terlalu berdampak bagi pendidikan tinggi, tapi yang perlu jadi perhatian di tingkat pendidikan PAUD/TK hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), karena belum punya fasilitas mumpuni.

"Yang merasakan dampak luar biasa akibat pandemi, sesungguhnya adalah pendidikan di dasar dan menengah. Kalau di pendidikan tinggi relatif tidak banyak terganggu karena infrastruktur sudah siap," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI