Suara.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama secara resmi membatalkan pemberangkatan calon jemaah haji 2021. Itu dilakukan dengan alasan untuk menjaga keselamatan masyarakat Indonesia dari ancaman pandemi Covid-19 yang masih mengancam dunia.
Pertanyaannya, bagaimana dampak langsung terhadap sektor bisnis seperti perhotelan serta layanan pendukung atau service provider ibadah haji dan umrah di Arab Saudi?
Menurut President Director PT Arsy Buana Travelindo (ABT) Saipul Bahri, keputusan pembatalan pemberangkatan jamaah haji dari Indonesia tidak berdampak signifikan terhadap bisnis layanan pendukung seperti hotel di Tanah Suci.
Kabar Arab Saudi akan mengeluarkan kuota 60 ribu jamaah haji pada 2021 ini, kata Saipul, justru menjadi angin segar bagi perusahaan di sektor Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) tersebut.
Baca Juga: Duta Besar Arab Saudi : Ibadah Haji Tahun Ini Masih dalam Situasi Pandemi
"Hal itu mengingat pada 2020, jumlah kuota haji yang dikeluarkan Arab Saudi hanya sebanyak 10 ribu orang untuk seluruh dunia," papar Saipul Bahri dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (9/6/2021).
Bisnis layanan pendukung haji dan umrah umumnya mencakup pelayanan seperti penginapan hotel, tiket pesawat, dan land arrangement (LA) segala keperluan haji dan umrah di Tanah Suci, Arab Saudi.
Dia memastikan, hotel yang dikelolanya dalam keadaan siap untuk melayani jemaah haji dan umrah dari berbagai negara, bukan hanya Indonesia.
Itu artinya, lanjut Saipul, bertambahnya kuota haji akan menjadi keuntungan tersendiri terhadap akomodasi yang dikelola layanan pendukung haji dan umrah.
Ia mengaku kini memiliki beberapa kamar hotel di Mekah dan Madinah yang berada di lokasi strategis dengan jumlah ketersediaan mencapai 889 kamar per bulan.
Baca Juga: Stop Berdebat, Ini Penjelasan Resmi Duta Besar Arab Saudi Soal Pembatalan Haji Indonesia
Saipul menyatakan, Arab Saudi juga telah membuat sistem teknologi informasi dan reservasi akomodasi hotel secara mandiri, yang terkoneksi dengan kementerian haji untuk menunjang ibadah baik umrah atau haji.
Dengan demikian, hotel sangat bisa menampung jemaah haji untuk tahun ini namun tetap berkewajiban menerapkan protokol kesehatan yang menjadi standar dari kementerian kesehatan Arab Saudi.
"Patut digaris bawahi, hingga kini, Mekah tidak ditutup. Pada Ramadan tahun ini, ibadah umrah tetap diizinkan. Jadi, bisnis service provider sebenarnya tetap berjalan," kata dia.
Saipul menambahkan, ibadah umrah selepas musim haji juga tetap dibuka oleh Arab Saudi. Bahkan ia menyebut ada potensi jemaah umrah asal Indonesia masih bisa berangkat ke Tanah Suci.
Hal ini akan diputuskan oleh Pemerintah Arab Saudis seiring program vaksinasi Covid-19 yang sudah masif di berbagai negara. Belum lama ini Arab Saudi juga menaikkan kuota jemaah umrah dari 8 juta menjadi 30 juta per tahun pada 2030.