Suara.com - Isu ketimpangan gender masih menjadi salah satu masalah yang dihadapi di Indonesia, khususnya bagi perempuan. Hal itu terlihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG) juga Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) antara perempuan dan laki-laki masih selisih jauh.
"Ketika kita melihat dari Indeks Pembangunan Manusia, yang mengukur kualitas hidup manusia dari aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, dari sana kita melihat selisih IPM antara laki-laki dan perempuan masih sangat menganggap besar. Ini menjadi PR kita bersama," papar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga dalam Rapat Koordinasi secara virtual, Selasa (8/6/2021).
Data Kementerian PPPA menu jukan bahwa tingkat IPM laki-laki pada 2020 sebesar 75,98. Sedangkan IPM perempuan baru 69,19. Dalam IDG yang mengukur peran aktif perempuan juga masih lebih rendah dibandingkan laki-laki.
"Terutama dalam politik, semuanya menunjukkan bahwa kesetaraan yang diimpikan hingga saat ini belum sepenuhnya tercapai. Karena diskriminasi, stigmatisasi, stereotip, bahkan kekerasan masih menghantui perempuan," imbuh Bintang.
Baca Juga: Terbuka soal Identitas Gender, 9 Artis Ini Dulunya Laki-laki
Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan masih jauh tertinggal dari laki-laki. Di mana perempuan baru 53,13 persen sementara laki-laki mencapai 82,41 persen.
Bintang menilai, perempuan juga mengalami kesulitan dalam memulai, mempertahankan, dan mengembangkan usaha dibandingkan laki-laki. Beberapa kendala yang dihadapi kaum hawa di antaranya karena keterbatasan akses modal, tingginya beban pekerjaan tidak berbayar terutama selama kondisi pandemi Covid-19.
"Kalau kita melihat belakangan ini di masa pandemi beban pekerjaan pengasuhan tidak berbayar yang menguras waktu. Ini yang menjadi PR kita di masa pandemi. Serta kurangnya literasi keuangan dan digital menjadi perhatian kita bersama," pungkasnya.