Suara.com - Ada perubahan besar yang terjadi pada sektor pariwisata akibat pandemi Covid-19. Dari Survei Tren Wisata Keberlanjutan Agoda, menunjukan diperlukan tiga langkah utama untuk menjadikan wisata jadi lebih berkelanjutan.
Pertama adalah kemudahan memilih perjalanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan; kedua membatasi penggunaan produk plastik sekali pakai; dan ketiga memberi insentif finansial kepada penyedia jasa akomodasi yang memaksimalkan penghematan energi.
Selain itu, membuat lebih banyak kawasan terlindungi dengan membatasi jumlah pengunjung dan meniadakan penggunaan perlengkapan mandi sekali pakai juga termasuk langkah utama lainnya.
Survei yang diluncurkan untuk menandai Hari Lingkungan Dunia 2021 itu juga mengungkap bahwa pariwisata yang berlebihan serta pencemaran pantai dan jalan air adalah dua kekhawatiran utama dari dampak pariwisata.
Baca Juga: Pesan Antar Makanan dan Kirim Produk Dalam Satu Aplikasi Sekaligus, Begini Caranya
Posisi ketiga adalah deforestasi dan pemborosan energi sepertu pemakaian listrik atau air yang berlebihan. Terungkap pula bahwa ada tiga kegiatan yang dikaitkan dengan wisata ramah lingkungan atau berkelanjutan.
Di antaranya, sumber energi dan sumber daya terbarukan, seperti tenaga matahari, angin, hidroelektrik dan air. Kedua, tidak menggunakan plastik sekali pakai. Ketiga, konservasi hewan dan meninggalkan jejak karbon yang lebih kecil.
Solusi penghematan energi lain seperti kartu kunci, atau sensor gerak, menggunakan produk pembersih natural menjadi praktik penting lainnya.
Menariknya, membeli produk lokal, menggunakan kembali seprei atau handuk selama liburan, dan mengunjungi lokasi terpencil adalah tiga terbawah dari 10 langkah yang dikaitkan dengan wisata berkelanjutan.
Menurut CEO Agoda John Brown, walau ada perbedaan interpretasi mengenai praktik yang ramah lingkungan atau berkelanjutan, kebanyakan dari masyarakat umum antusias menjalankan perannya dengan aktif memilih penginapan yang ramah lingkungan atau membuat keputusan yang lebih cerdas dengan memerhatikan aspek lingkungan saat bepergian atau berwisata.
Baca Juga: Sektor Pariwisata Disebut Pulihkan Industri Pangan Pertanian di Indonesia
Salah satu cara termudah untuk menanggapi kekhawatiran mengenai overtourism adalah dengan mengunjungi destinasi yang jarang dikunjungi.
Setahun belakangan ini, Agoda melihat ada peralihan pada pola perjalanan karena hanya dibatasi pada wisata domestik, dengan mengeksplorasi tempat-tempat yang tidak begitu dikenal.
"Jika dikelola dengan baik, hal ini tak hanya membantu pengusaha hotel independen dan penyedia akomodasi yang mengandalkan dolar dari wisatawan. Namun juga bisa mengurangi beban lingkungan hidup pada area-area yang terlalu padat pengunjung," kata John dalam keterangan tertulisnya kepada Suara.com, Senin (7/6/2021).
Pandemi Covid-19 juga berdampak negatif pada sikap mengenai wisata berkelanjutan. Keinginan berwisata yang lebih berkelanjutan paling terlihat pada responden dari negara Korea Selatan (35 persen), India (31 persen) dan Taiwan (31 persen).
Bila dilihat secara global, hanya 25 persen responden memiliki keinginan semakin besar untuk berwisata berkelanjutan, bandingkan dengan 35 persen yang keinginannya menurun.
Negara-negara yang melaporkan proporsional penurunan terbesar adalah Indonesia (56 persen), Thailand (51 persen) dan Filipina (50 persen).
"Mengkhawatirkan saat melihat banyak orang menganggap wisata berkelanjutan menjadi kurang penting dibandingkan sebelum pandemi Covid-19, namun saya harap ini hanya efek jangka pendek, yang disebabkan keinginan besar orang-orang untuk kembali ke luar sana dan bepergian dengan cara yang mereka inginkan," kata John.
Data tersebut berasal dari YouGov Singapore PTE Limited. Sampel total berjumlah 18.327 dari 14 negara. Survei dilakukan pada tanggal 10 Mei – 28 Mei 2021 secara online. Angka-angka tersebut merepresentasin orang dewasa di atas 18 tahun disetiap negara.