Dari Kotoran Jadi Bernilai Mahal, Intip Proses Pembuatan Kopi Luwak di Desa Wisata

Senin, 07 Juni 2021 | 09:00 WIB
Dari Kotoran Jadi Bernilai Mahal, Intip Proses Pembuatan Kopi Luwak di Desa Wisata
Pawon Luwak Coffee (Suara/Hiromi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Desa Wanurejo merupakan salah satu desa wisata yang ada di Kecamatan Borobudur Yogyakarta. Salah satu yang dapat dikunjungi di desa ini adalah industri rumahan kopi luwak, yaitu Pawon Luwak Coffee.

Pawon Luwak Coffee berada di Desa Wanurejo dan berada di samping Candi Pawon. Tempat ini merupakan salah satu pilihan dari opsi kunjungan desa wisata dari One  Day Tour VW (Volkswagen) Ride Borobudur dari Arowisata yang dapat dipesan di Tiket.com.

Bukan rahasia lagi bahwa kopi luwak merupakan salah satu jenis kopi dengan kualitas terbaik. Di tempat ini, proses pembuatan kopi dari masih berbentuk kotoran hingga menjadi bubuk kopi dijelaskan.

Awalnya kotoran luwak akan dicuci terlebih dulu. Kemudian biji tersebut akan dikupas dan dicuci secara berulang.

Baca Juga: Sandiaga Uno dan Cinta Laura Jalan-jalan ke Desa Wisata di Kuningan

Kopi Luwak di Pawon Luwak Coffee (Suara/Hiromi)
Kopi Luwak di Pawon Luwak Coffee (Suara/Hiromi)

Kemudian, biji kopi akan dijemur dengan panas matahari langsung dan diroasting saat sudah benar-benar kering. Proses pembuatan dari mulai masih berbentuk kotoran hingga menjadi kopi butuh waktu 15 sampai 20 hari tergantung dari panasnya matahari.

Untuk menjaga kualitas biji kopi mereka mengambil dari kotoran luwak liar. Kopi yang dihasilkan dari luwak liar dan peliharaan cukup berbeda.

Hal ini lantaran, luwak liar bisa memilih biji kopi yang berkualitas secara mandiri. Sedangkan luwak peliharaan bisa merasa stres karena diberi makan dan tak bisa memilih biji kopi berkualitas untuk dimakan.

"Kalo luwak kandang kan kita yang kasih makan, nah mereka mau nggak mau makan itu. Sedangkan kalo luwak liar mereka akan memilih biji kopi dengan kualitas bagus untuk dimakan," ujar Karin, salah satu karyawan di Pawon Luwak Coffee pada Minggu (6/6/2021).

Luwak di Pawon Luwak Coffee (Suara/Hiromi)
Luwak di Pawon Luwak Coffee (Suara/Hiromi)

Pawon Luwak Coffee menjual kopi luwak robusta dan arabica baik yang sudah diseduh maupun belum. Untuk kopi seduh dibanderol denhan harga Rp25 ribu per cangkir. Sedangkan untuk bubuk arabica dijual dengan harga Rp400 ribu dan robusta seharga Rp250 ribu masing-masing per 100 gram.

Baca Juga: Demi Pemulihan Ekonomi, Gus Menteri Dukung Work From Bali

Pawon Luwak Coffee yang menarik perhatian banyak wisatawan asing ini pun merasakan dampak pandemi Covid-19 yang sangat signifikan. Saat sebelum pandemi, penjualan bisa mencapai 50 kopi per hari.

Sedangkan saat pandemi menyerang, penjualan turun sampai 70 persen. Salah satu cara untuk bertahan di tengah pandemi adalah dengan selalu menjaga mutu kopi dan juga memasarkannya secara daring.

"Pandemi itu sangat berpengaruh. Penjualan langsung menurun drastis karena segmen pembeli kami kan kebanyakan wisatawan asing," ungkap Karin kepada tim Suara.com.

Biji kopi luwak di Pawon Luwak Coffee (Suara/Hiromi)
Biji kopi luwak di Pawon Luwak Coffee (Suara/Hiromi)

Bubuk kopi luwak arabica dan robusta dijual melalui situs  dan akun Instagram @pawonluwakcoffee. Kini penjualan pun sudah mulai meningkat meski belum kembali seperti sebelum pandemi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI