Suara.com - Sektor pangan berbasis pertanian (agri-food) merupakan pilar utama perekonomian nasional di Indonesia, yang menyumbang lebih dari sepertiga total PDB negara pada tahun 2019.
Akan tetapi, laporan terbaru dari Oxford Economics mengungkapkan bahwa meskipun sektor ini dapat menjadi penggerak utama bagi pemulihan ekonomi Indonesia pasca COVID-19, di saat yang sama sektor tersebut pun paling rentan terhadap gangguan-gangguan yang ada di kawasan Asia Tenggara.
Matriks dari laporan Economic Recovery menempatkan Indonesia dengan risiko pemulihan tertinggi di kawasan Asia Tenggara, yang melihat bagaimana negara sangat bergantung kepada sektor pariwisata untuk memulihkan kembali industri pangannya.
Menanggapi temuan tersebut, Adhi Siswaya Lukman, Ketua Umum GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman), mengatakan bahwa sektor pariwisata memang berkontribusi terhadap 8,8 persen dari total konsumsi pangan di Indonesia.
Baca Juga: Belasan Desa Wisata Bakal Dibangun di Kalbar, Ini Keistimewaannya
"Mengingat pariwisata internasional masih terus dikelilingi oleh ketidakpastian, industri agri-food perlu bekerja sama dengan pemerintah untuk mengidentifikasi cara-cara lain agar mampu berkembang di era kenormalan baru saat ini," ungkapnya berdasarkan siaran pers Food Industry Asia yang Suara.com terima.
Di tengah hal tersebut, lanjut dia, Indonesia juga menghadapi defisit fiskal yang terus memburuk, sehingga berpotensi menciptakan tekanan biaya pada rantai pasokan makanan, yang pada akhirnya dapat berdampak pada sektor pangan nasional.
“Sebagai sumber lapangan pekerjaan utama, sektor publik dan swasta harus bekerja sama untuk menopang dan mengangkat industri ini, serta memastikan terus terdorongnya peluang-peluang kerja,” kata Lukman.
Secara khusus, Direktur Eksekutif FIA, Matt Kovac, membahas tentang kebutuhan untuk memahami risiko yang akan dihadapi saat ini dan yang akan datang, sebelum menerapkan langkah-langkah nyata untuk menghidupkan kembali ekonomi pasca Covid-19.
"Penting bagi para pembuat kebijakan menyadari dan mengatasi risiko-risiko tersebut, mengingat besarnya skala kontribusi sektor ini terhadap lapangan pekerjaan dan PDB Indonesia," ujarnya.
Baca Juga: Wisata Bali: Tiga Acara Besar Siap Digelar Demi Bangkitkan Pariwisata NTB