Suara.com - Salah satu permasalahan kulit yang sering dialami banyak orang adalah bruntusan. Pakar dermatologi, dr. Richard Lee bahkan mengaku, hampir 90 persen pasiennya pernah mengalami bruntusan di wajah, yang dalam istilah medis disebut papula.
"Itu bukan penyakit, tapi benjolan kecil-kecil dan ukurannya bisa sama. Jumlahnya bisa banyak, bisa sedikit. Tergantung dari penyebab papula itu sendiri," jelasnya di kanal YouTube dr. Richard Lee, MARS, yang dikutip Suara.com, Jumat (28/5/2021).
Beruntusan atau bruntusan merupakan reaksi dari kulit untuk menunjukan ada sesuatu yang salah pada tubuh. Penyebabnya ada banyak, sehingga cara pengobatan pun harus disesuaikan dengan pemicunya.
"Kalau penyebabnya enggak diobati maka beruntusan enggak akan hilang. Karena beruntusan adalah reaksi pertahanan kulit yang ingin ngasih tahu ada sesuatu yang salah. Jadi, enggak ada hanya satu solusi," jelas dr Richard yang juga dikenal sebagai youtuber ini.
Baca Juga: dr Richard Lee Ungkap 5 Bahan Alami yang Bisa Hilangkan Flek dan Wajah Jadi Glowing
Setidaknya ada empat penyebab beruntusan yang paling sering dialami banyak orang:
1. Penggunaan krim abal-abal
"Jadi kalau menurut saya ini menguasai sampai 50 persen penggunaan krim abal-abal. Itu seperti penggunaan merkuri, penyalahgunaan hidrokuinon, penyalahgunaan steroid, dan penyalahgunaan asam retinoat. Saya bisa bilang dari 10 pasien, 7 pasti seperti itu," kata dr Richard.
Ia menjelaskan, keempat zat aktif tersebut bisa menyebabkan bruntusan karena penggunaannya dapat merusak skin barrier sehingga menyebabkan bruntusan. Terutama zat hidroquinon, asam retinoat, dan steroid.
Cara Pengobatan:
Langkah pertama yang harus dilakukan tentu menghentikan pemakaian krim abal-abal. Dokter Richard mengingatkan, semakin cepat pemakaian krim abal-abal dihentikan maka beruntusan yang muncul juga kemungkinan belum terlalu parah sehingga bisa lebih mudah dihilangkan. Namun bila krim abal-abalnya dipakai terus-menerus, maka ketika berhenti pemakaiannya akan lebih berat kondisi kulitnya, sehingga lebih sulit juga pengobatannya.
2. Hygiene dan perawatan rambut yang buruk
"Banyak juga yang hygiene tidak baik, nggak pernah mencuci wajah, pegang-pegang wajah, pergi kerja terutama tempat yang berdebu kemudian pulang enggak cuci wajah, tidak melakukan double cleansing. Perawatan rambutnya juga jelek, jarang dikeramas, jarang dibersihkan, lalu rambutnya sampai kena ke wajah. Itu sangat bisa menyebabkan bruntusan," papar dr Richard.
Baca Juga: Demi Bahagiakan Suami, Tyas Mirasih Fokus Rawat Wajah
Jika dilihat lebih detail, anatomi bruntusan berisi seperti cairan yang merupakan penyumbatan kelenjar minyak. Di dalamnya terdapat bakteri yang bisa saja didapat dari rambut jika kebersihannya tidak terjaga kemudian menyebar ke kulit.
Cara Pengobatan:
Dokter Richard mengingatkan agar selalu menjaga kebersihan, baik pada kulit wajah juga rambut. Selain itu jangan sering memegang wajah jika tangan tidak dalam keadaan bersih. Perawatan rambut juga harus tepat.
"Hati-hati dalam penggunaan pomade, minyak rambut karena itu bisa menyumbat pori-pori di wajah menyebabkan kelenjar sebum di wajah jadi lebih aktif sehingga mudah tersumbat," ucapnya.
3. Pemakaian skincare
Menurut dokter Richard, ada tiga tipe orang dalam pemakaian skincare.
Tipe pertama, cara pakai yang salah, overdosis pemakaiannya dan alergi.
"Cara pakai ini penting banget. Kalau skincare yang sudah benar, sudah BPOM, tapi cara pakainya salah akan menyebabkan beruntusan. Contohnya krim malam dipakai pagi, krim pagi dipakai malam, atau kalau petunjuknya 3 hari sekali, dipakainya setiap hari, scrub wajah yang katanya 2 minggu sekali dipakainya setiap hari. Itu akhirnya menimbulkan reaksi pada kulit," paparnya panjang lebar.
Produk skincare semahal dan sebagus apapun, kata dr Richard, jika pemakaiannya tidak tepat juga akan menyebabkan bruntusan.
Tipe kedua, overdosis dalam pemakaian skincare. Memakai produk skincare terlalu banyak tidak akan membuat kulit wajah jadi lebih cepat putih, mulus, bersih. Dokter Richard mengingatkan bahwa skincare juga merupakan zat aktif yang merupakan obat bagi kulit. Sehingga tentu ada dosis atau batasan dalam penggunannya.
Tipe ketiga, alergi. Akan tetapi hal ini, kata dr Richard, sulit dideteksi sebab seseorang biasanya yang menyadari bila dirinya alergi. Alergi pada beberapa orang juga berbeda-beda. Ada yang alergi alkohol, titanium dioksida, maupun silikon.
"Kalau menurut saya, ini alergi yang paling terakhir yang dicurigai. Pertama cari tahu dulu apakah kebersihan kita bagus atau enggak, cara pakai skincare betul atau enggak, berlebihan atau nggak. Kalau semuanya dirasa tidak, berarti kemungkinan ada alergi," ucap dr Richard.
4. Hormonal
Penyebab beruntusan karena hormonal beda lagi cara pengobatannya. "Ini enggak bisa disepelekan. Cara mengobatinya tidak cukup dari luar, harus dari dalam," ucapnya.
Selain pengobatan secara medis, seseorang yang mengalami beruntusan akibat hormonal juga harus menghindari stres, konsumsi makanan harus sehat, konsumsi obat-obatan harus dijaga.
Untuk mencari tahu apakah bruntusan akibat hormonal, dr Richard menyarankan untuk mengamati apakah siklus menstruasi teratur atau ada penggunaan alat kontrasepsi dari obat KB yang harus diatasi.
5. Bruntusan normal
Beruntusan disebut normal biasanya karena penggunaan krim mengandung AHA ringan. Sebab, menurut dr Richard Lee, pemakaian zat aktif tersebut memberikan efek mencerahkan kulit karena terjadi eksfoliasi ringan. Akan tetapi bisa juga menyebabkan beruntusan.
"Tapi bukan beruntusan kecil. Kalau diraba kulit jadi kasar dasarnya beruntusan karena penggunaan AHA. Akan hilang ketika 3 hari sampai 2 minggu pemakaian krim dan kulit jadi terlihat cerah dan bagus. Itu adalah beruntusan normal yang nggak perlu diobati," jelasnya.
Penjelasan lengkap dr Richard Lee seputar bruntusan dan cara menghilangkannya dapat dilihat dengan mengklik di sini.