Konsen, Ini Tanda Aktivitas Seksual Terjadi Karena Mau Sama Mau

Minggu, 23 Mei 2021 | 21:00 WIB
Konsen, Ini Tanda Aktivitas Seksual Terjadi Karena Mau Sama Mau
Ilustrasi hubungan seks . (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aktivitas seksual tak melulu terasa menyenangkan. Meski terangsang, seseorang bisa saja tidak menikmatinya, entah karena ada paksaan, tekanan, atau rasa sakit tertentu. 

Seksolog dr. Haekal Anshari mengatakan ada dua syarat agar aktivitas seksual sama-sama dinikmati oleh pasangan yang melakukannya. 

"Pertama, yaitu adanya ada kesepakatan mau sama mau, kemudian suka sama suka," ucapnya dalam siaran langsung #IGLiveCollaboration bersama psikolog Ayu R. Yolandasari beberapa waktu lalu.

Syarat mau sama mau dan suka sama suka itu dapat mempertegas bagaimana tindakan pelecehan seksual juga bisa terjadi pada laki-laki, kata dokter Haekal. Ia menambahkan, perlu adanya seksual concern yang dinyatakan secara lisan juga ekspresi dalam hubungan seksual.

Baca Juga: Agar Hubungan Seks Tahan Lama & Orgasme Lebih Intens, Gunakan Teknik Edging

Sebab, seseorang yang mengalami pelecehan seksual bisa saja mengalami tekanan dan rasa takut terhadap pelakunya sehingga tidak bisa melawan bahkan hanya sekadar bicara.

Syarat kedua, lanjut dokter Haekal, merasa puas juga memberikan kepuasan dalam hal seksual di antara dua pihak.

"Dalam kasus pelecehan sangat mungkin (kepuasan) terjadi hanya satu pihak yang berusaha untuk memuaskan dan dipuaskan. Sedangkan pihak lain lebih pasif. Jadi artinya seseorang yang mengalami pelecehan seksual atau melakukan hubungan seksual di bawah ancaman dapat dikatakan dia tidak memenuhi seksual concern," ucapnya.

Terkait pelecehan seksual, dokter Haekal mendefinisikan sebagai tindakan seksual yang tidak disenangi baik berupa fisik maupun nonfisik yang menargetkan organ seksual atau seksualitas korbannya. Sehingga tindakan pelecehan seksual sebenarnya tak peduli gender, apakah peremouan atau laki-laki, bisa saja menjadi korban ataupun pelaku.

"Memang stigma masyarakat kita memiliki pandangan bahwa laki-laki itu jarang atau tidak mungkin jadi korban. Karena laki-laki itu ternyata banyak yang tidak menyadari seperti apa jenis pelecehan seksual yang bisa dialaminya," ucapnya.

Baca Juga: Viral di TikTok, Benarkah Kopi Bikin Orgasme Lebih Baik pada Wanita?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI