Suara.com - Pandemi turut mengubah berbagai kebiasaan anak yang membuat banyak orangtua merasa khawatir, di antaranya kemampuan bersosialisasi anak yang tidak terasah, kesehatan fisik dan emosioal anak, penggunaan gadget yang berlebihan, serta ketertinggalan dalam edukasi. Namun, semua kekhawatiran di atas sebenarnya dapat diselesaikan dengan mengasah kemampuan literasi anak.
Sayangnya, menurut penelitian yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2019, rata-rata indeks Alibaca di Indonesia tergolong rendah dengan angka 37,32 persen. Padahal membaca merupakan kompetensi fungsional seperti halnya menulis. Membaca menjadi kunci untuk mempelajari segala macam ilmu pengetahuan, termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdampak besar bagi kehidupan.
Fathya Artha Utami, M.Psi, Psikolog Anak, dalam peluncuran program BACA yang dilakukan oleh Danone Indonesia, sekaligus webinar yang mengusung tema “Dukung Anak Hebat Berliterasi dengan Asupan Gizi Seimbang dan Pola Asuh Orang Tua yang Baik” beberapa waktu lalu, memaparkan bahwa situasi pandemi memiliki tantangan tersendiri bagi anak.
“Ruang gerak yang terbatas, pilihan kegiatan yang cenderung monoton, ditambah minimnya interaksi dengan teman bisa menjadi faktor anak merasakan stres. Stres anak bisa berpengaruh pada emosi yang tidak stabil yang bisa terlihat dari perilaku anak menjadi sulit diajak bekerja sama. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi orangtua dalam melakukan ruitinitas bersama anak, misalnya kegiatan makan yang menjadi kunci utama dalam meningkatkan imunitas anak, terutama di bulan Ramadan,” jelas Fathya.
Baca Juga: Tak Cukup Hanya Skill, Anak Indonesia Butuh Ini Buat Bersaing di Abad 21
Untuk mengatasi situasi tersebut, Fathya menyarankan agar anak diberikan kegiatan yang beragam dan seimbang antara kegiatan yang menggunakan gadget dengan kegiatan offline. Sebagai alternatif, anak dapat dikenalkan dengan aktivitas membaca yang menyenangkan.
Lalu, buku apa yang sebaiknya orangtua berikan pada anak? Fathya menyarankan orangtua untuk memahami dulu tahapan perkembangan literasi anak.
Usia 1-2 tahun:
Kemampuan anak pada usia ini di antaranya bisa memegang buku, mengucapkan kata sederhana, dan berinteraksi dua arah. Sehingga buku bacaan yang sesuai adalah board book, rhyming book, buku bergambar, dan buku yang memelajari nama benda.
Usia 2-3 tahun:
Di usia ini, anak mulai familiar dengan banyak objek, serta memahami dan mengucapkan kalimat yang lebih panjang. Buku bacaan yang sesuai di antaranya rhyming book, search and find book, dan buku dongeng.
Usia 3-4 tahun:
Anak mulai mengenali huruf, suka membacakan buku pada boneka, dan mengulang kalimat pada buku. Buku bacaan yang sesuai adalah buku dongeng yang lebih panjang dengan gambar, atau buku berhitung.
Baca Juga: Siasat Edutania Mendongeng di Tengah Pandemi, dari Panggung ke Youtube
Usia 4-6 tahun:
Anak mulai bisa menceritakan bacaan, dan sudah bisa duduk tenang untuk mendengarkan cerita yang lebih panjang. Buku bacaan yang sesuai adalah fairy tales atau kisah legenda, atau buku cerita dengan sedikit gambar.
Fathya juga memberikan beberapa tips agar membaca jadi kegiatan yang menyenangkan, yaitu:
- Siapkan pojok baca atau spot seru untuk membaca
- Ajak anak untuk memilih buku
- Bercerita dengan intonasi suara dan properti yang seru
- Sambungkan cerita yang dibaca dengan aktivitas sehari-hari
- Libatkan anak dalam cerita yang dibaca
- Orangtua juga perlu merasa bahwa aktivitas tersebut seru
- Jangan dipaksakan. Jadikan pergerakan anak sebagai ajang untuk melibatkannya dalam cerita