Kartini Modern: Cerita Tenaga Kesehatan Perempuan Garda Terdepan Covid-19

Sabtu, 24 April 2021 | 15:15 WIB
Kartini Modern: Cerita Tenaga Kesehatan Perempuan Garda Terdepan Covid-19
Ilustrasi tenaga kesehatan perempuan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah wabah pandemi Covid-19, tenaga kesehatan menjadi garda terdepan yang memiliki risiko besar untuk terpapar virus. Khususnya tenaga kesehatan perempuan, di momen Hari Kartini, peran mereka patut diapresiasi, karena telah berjuang dengan waktu, tenaga, bahkan nyawa untuk keselamatan orang lain.

“Keseharian saya adalah menerima, mengurus jenazah hingga proses pemakaman. Untuk pasien Covid-19, kami juga mengedukasi keluarga pasien mengenai tindak lanjut, dan semua itu dilakukan di bawah tanggung jawab dokter spesialis forensik. Rasa khawatir untuk terpapar dan menularkan keluarga tetap ada,” ungkap petugas pemulasaran jenazah di RSUP Persahabatan Jakarta, Dina Yulita A.Md, lewat keterangan rilis yang diterima Suara.com Jumat (23/4/2021).

Selain Dina Yulita, perawat bernama Narsfani Maraseli, S Kep tidak patah semangat saat berkontak dengan pasien Covid-19. “Pada saat pertama kali ditugaskan untuk menangani pasien Covid-19, saya juga takut tertular. Apalagi di ruang perawatan intensif banyak tindakan yang berisiko menularkan virus,” ungkap perawat yang bekerja di ruang ICU RSCM.

Meski memiliki risiko besar, keduanya menganggap pekerjaan tersebut merupakan pengabdiannya kepada masyarakat, terutama bagi keluarga pasien.

Baca Juga: Viral Wanita Hina Nakes: Perawat Sombong, Muka Kayak Tong Sampah

“Saya berusaha semaksimal mungkin yang saya kerjakan, karena ini dapat membantu keluarga pasien,” ungkap Dina Yulita.

Ia mengatakan, ucapan terima kasih dari keluarga pasien sudah cukup mengobati rasa lelahnya. Ditambah rasa simpatinya pada keluarga jenazah agar tidak ada lagi korban yang meninggal akibat Covid-19.

Narsfani Maraseli mengatakan, momen yang membuatnya berkesan ketika pasien sembuh dan berterima kasih karena sudah merawat. “Energi positif dari pasien tersebut menular kepada kami tenaga medis, dan membuat kami terharu,” kisahnya.

Selama bekerja dan terpisah dengan keluarga, Narsfani mengaku tidak bertemu selama empat bulan. “Kebetulan keluarga tinggal di Sumatera, mereka sering menanyakan kapan pulang, tapi saya kasih pengertian bahwa di sini saya bertugas,” paparnya.

Baca Juga: Dukung Program Vaksinasi Pemerintah, Startup Ini Sediakan Nakes Profesional

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI