Sambut Hari Bumi, Perilaku Cinta Bumi Dosen TikTok Ini Patut Ditiru

Vania Rossa Suara.Com
Rabu, 21 April 2021 | 11:04 WIB
Sambut Hari Bumi, Perilaku Cinta Bumi Dosen TikTok Ini Patut Ditiru
Perilaku Cinta Bumi Dosen TikTok Ini Patut Ditiru (Dok. HII)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Jangan takut punya ide yang berbeda. Konten yang datar-datar saja tidak akan dilirik orang. Gunakan hashtag yang sedang trending, karena sangat berpengaruh di TikTok dan Instagram, contohnya #UntukmuBumiku. Ikuti pula momen peringatan hari besar, misalnya Hari Bumi, karena media sosial juga punya concern tentang hari-hari besar seperti itu. Jika memuat topik yang berkaitan dengan hari besar, ada kemungkinan konten kita dimunculkan di timeline orang-orang,” kata Ira, yang menggunakan lagu-lagu yang sedang viral dalam konten TikTok-nya.

#UntukmuBumiku akan digemakan pada Hari Bumi, 22 April 2021 secara serentak oleh banyak influencer berpengaruh, termasuk blogger, Youtuber, dan Tiktoker. Penggunaan hashtag pada hari tersebut juga bisa dimanfaatkan oleh para content creator untuk membuat konten mereka berperforma bagus.

4. Memanfaatkan hasil hutan yang diperoleh dengan cara ramah lingkungan
Hutan Indonesia menyimpan banyak bahan makanan dan bahan alami untuk keseharian kita.

“Misalnya, gula aren dan buah tengkawang yang bisa dijadikan body lotion. Saat membeli hasil hutan, kita membantu meningkatkan kesejahteraan produsen, yang merupakan masyarakat di sekitar hutan. Selain itu, para produsen yang peduli akan hutannya sebagai tempat untuk mencari bahan baku produk akan menjaga hutan dengan cara tidak menebang pohon atau mengalihfungsikan hutan. HII mencoba mengumpulkannya di website kami https://hutanitu.id/pesonahutan, silakan dicek dan ada lebih dari 50 produk dan jasa ekowisata hasil hutan lestari seluruh Indonesia,” kata Tian.

Ira kecil, karena rumahnya bertetangga dengan hutan, kerap mencari berbagai hasil hutan, seperti daun pakis dan rebung untuk dijadikan sayur. Ira juga sangat terbiasa bertemu binatang-binatang hutan, seperti monyet, biawak, kijang, kancil, burung hantu, ataupun ular.

5. Jalan kaki ketika lokasi tujuan terbilang dekat
Untuk menjangkau tempat yang jaraknya dekat, Ira lebih suka berjalan kaki, misalnya ke minimarket atau warung. Di antara rekan kerjanya pun ada budaya nebeng, agar tidak setiap orang membawa kendaraan. Ia kerap geregetan melihat orang yang sedikit-sedikit mengeluarkan motor, padahal jarak yang dijangkaunya dekat saja.

“Mahasiswa saya juga lebih memilih naik ojek atau odong-odong (sebutan untuk angkot yang beroperasi di sekitar kampus). Padahal, kalau jalan kaki hanya 10 menit dari gerbang utama. Saya dulu juga selalu jalan kaki ke kampus. Selain mengurangi polusi udara, bisa hemat juga, kan?” kata Ira, yang senang naik gunung, tapi kini tak lagi punya waktu.

Tian menambahkan, “Kendaraan umum merupakan opsi yang lebih ramah lingkungan daripada kendaraan pribadi. Sebab, bahan bakar kita masih dibuat dari fosil. Permintaan akan fosil memungkinkan terjadinya alih fungsi lahan. Hutan belantara bisa dijadikan tambang batubara. Selain itu, ketika kita mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, udara jadi lebih bersih dan udara bersih itu sangat dibutuhkan oleh kita. Dan, hutan merupakan ekosistem yang sangat mendukung terciptanya udara bersih karena bisa menyerap karbon.”

Baca Juga: Mampukah Perjanjian Escazu Akhiri Pembunuhan Pegiat Lingkungan di AS?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI