Suara.com - Generasi milenial dan generasi Z selama ini dianggap cukup lihai dalam hal teknologi. Tapi ketika bicara tentang bank digital, ternyata tingkat penetrasi digital di dua generasi tersebut masih relatif rendah.
Hal itu terungkap dalam RB Consulting, Research & Business Consulting bekerja sama dengan Infinity CXT, dan Essensight Qualitative Agency. Survei itu dilakukan secara online maupun wawancara tatap muka mendalam kepada 200 laki-laki dan perempuan Gen Z (18-24 tahun) dan Gen Y (25-30 tahun) pada tanggal 20-24 Maret 2021.
Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat penetrasi digital banking generasi muda tanah air baru mencapai sekitar 30 persen. Mereka masih memilih rekening bank konvensional (79 persen).
Digital banking yang merupakan bentuk digitalisasi dari semua aktifitas dan layanan perbankan konvensional, masih diyakini hanya sebatas mobile banking yaitu layanan yang memungkinkan nasabah bank melakukan transaksi perbankan melalui ponsel atau smartphone menggunakan menu yang sudah tersedia melalui aplikasi yang dapat diunduh oleh nasabah.
![ilustrasi pengusaha muda [shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/10/01/96095-ilustrasi-pengusaha-muda-milenial-diskusi-mahasiswa-pelajar-enterpreneur.jpg)
Sehingga e-wallet yang digemari (60 persen) mereka itu dianggap sudah sebagai digital banking.
Generasi muda ini awalnya membuka rekening bank digital karena penawaran perbankan yang menarik seperti gratis biaya bulanan, gratis biaya transfer dan lainnya, lalu setelah mulai memanfaatkannya, baru mereka menyukai teknologi tingginya lebih dari perbankan konvensional.
Sebagai catatan, Generasi X (usia lebih tua dari Generasi Y dan Z), memilih digital banking karena alasan kepraktisan ketimbang alasan teknologinya.
Pinjol atau pinjaman online diminati 1 dari 5 orang (20 persen) dari generasi muda ini, diikuti dengan asuransi (19 persen) dan kartu kredit (18 persen).
Pinjaman online: untuk Generasi Y, pertimbangannya mereka memilih pinjaman online karena mereka mempunyai pendapatan rutin dari bekerja untuk bisa menyicil.
Asuransi mereka yang memiliki asuransi, kebanyakan memiliki BPJS karena mereka sudah bekerja. Generasi ini lebih memilih asuransi kesehatan ketimbang asuransi jiwa.
Baca Juga: Tingkatkan Potensi Generasi Muda, Marifood Gelar Program Salesmanship Camp
Demikian pula bagi mereka yang baru berpikir untuk membeli asuransi, kecenderungannya akan membeli asuransi kesehatan dibandingkan asuransi jiwa. Alasannya di usia mereka, asuransi kesehatan lebih penting masih bisa merasakan manfaatnya sendiri kalau mereka sakit.