Lain di Bibir Lain di Hati, Begini Sikap Ikhlas dalam Kacamata Psikologi

Selasa, 13 April 2021 | 13:54 WIB
Lain di Bibir Lain di Hati, Begini Sikap Ikhlas dalam Kacamata Psikologi
Ilustrasi: Lain di Bibir Lain di Hati, Begini Sikap Ikhlas dalam Kacamata Psikologi (unsplash/@christnerfurt)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam ajaran agama Islam, kita sering mendengar istilah ikhlas, yang mungkin sangat mudah diucapkan namun sangat sulit untuk dijalankan. Bahkan sering kali bibir berkata ikhlas, tapi hati belum rela.

Nah, tahukah kamu jika konsep ikhlas juga bisa dipandang dari sudut ilmu psikologi? Seperti yang diungkap Psikolog, Irma Gustiana yang mengatakan ikhlas dari kacamata psikologi punya dua persepktif, yaitu hubungan dengan Tuhan (transendensi) dan hubungan dengan diri sendiri (personal).

"Lo yang ikhlas hadapi ini, terima aja. Kadang (iklas) gak gampang, kita sendiri kadang belum ikhlas, untuk beribadah kadang ikhlas, kadang enggak," ungkap Irma dalam acara OVO #RaihIkhlas, Selasa (13/4/2021).

Untuk aspek transendensi atau ketuhanan, solusi utama bersikap ikhlas adalah kondisi melepaskan tekanan yang ada di pikiran saat mendapatkan masalah, musibah, hingga ujian, serahkan semuanya ke sang pencipta.

Baca Juga: Didoakan Budiman Sudjatmiko usai Jadi Mualaf, Begini Reaksi Marcell Siahaan

"Bahwa Yang Maha Kuasa kita berikan cobaan, artinya kita lepaskan itu kembali ke pada Yang Maha Kuasa. Jadi sudah jadi takdir ujian dan cobaan itu dilakukan, kita kembalikan ke Atas," ungkap Irma.

Sementara itu kata Irma, dari sisi personal keikhlasan bisa terbentuk saat kita bisa berkomunikasi dengan diri sendiri, menjadi lebih jujur dan tulus agar tidak membohongi diri sendiri. Perlahan buatlah diri sendiri bisa melepaskan masalah atau ujian secara perlahan.

"Itulah kenapa secara personal harus dimaknai dengan positif, melalui aktivitas yang di mana kalau di masa pandemi kita jadi punya banyak sekali kegiatan yang bisa kita lakukan," pungkas Irma.

Irma kemudian mencontohkan, saat bulan Ramadhan di masa pandemi seperti sekarang membuat umat Muslim tidak bisa merasakan Ramadhan dalam keadaan normal yaitu berkumpul dengan sanak keluarga secara leluasa.

Bahkan beberapa hanya bisa rela bertemu secara virtual alias ada jarak fisik, dan tidak bisa leluasa berbuka puasa dengan banyak orang. Irma pun berharap semakin banyak yang bisa menerima kondisi dan proses yang menyulitkan bagi banyak orang ini.

Baca Juga: Bandingkan Agama Kristen dan Islam, Ini Kata Ustaz Yahya Waloni

"Walaupun berjarak, secara virtual. Tapi secara personal kita ibadah dengan tulus, bantu orang kita lakukan dengan tulus, dan menerima semua proses ini," pungkas Irma. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI