Suara.com - Ratu kecantikan asal Papua Nugini yaitu Lucy Maino terpaksa kehilangan mahkotanya akibat sebuah video TikTok. Miss Papua New Guinea (PNG) tersebut dianggap melakukan aksi goyang TikTok yang terlalu vulgar.
Melansir NDTV, Lucy Maino mengunggah video dirinya menari twerking lewat akun TikTok pribadi. Pada video, Lucy Maino tampak menari menggoyangkan bokong.
Video itu sendiri sebenarnya diunggah di akun TikTok yang telah di-private. Namun, video tersebut lantas diunduh dan disebarkan di media sosial lainnya.
Sejak tersebar, tak sedikit yang mengkritik hingga melakukan cyber bullying terhadap wanita 25 tahun tersebut. Banyak yang menganggap video itu terlalu vulgar dan tidak pantas dibagikan seorang Miss PNG.
Baca Juga: Pernikahan 2 Dekade Wanita ini Kandas, Respon Iparnya Bagai Bidadari
Mengikuti kritikan yang ada, organisasi Miss Pacific Islands Pageant PNG (MPIP PNG) memutuskan untuk mencopot gelar Miss Papua New Guinea 2019 dari Lucy Maino. Meski begitu, MPIP PNG mengungkap bahwa mereka telah mendiskusikan keputusan ini.
"Setelah diskusi dengan Nona Maino bulan lalu, MPIP PNG menyarankan agar gelar Miss Papua New Guinea 2019 diakhiri dan Nona Maino dibebaskan (dari tugas)," ungkap pernyataan MPIP PNG.
"MPIP PNG berfokus pada pengembangan wanita secara holistik, memastikan mereka bertumbuh dalam hal akademis, kesadaran sosial, pengembangan personal, dan menghadapi dunia yang lebih besar dan cerah dengan pengetahuan soal isu di PNG dan daerah ini," tambahnya.
Meski begitu, keputusan MPIP PNG untuk mencopot mahkota Lucy Maino banjir kritikan. Badan PBB di Papua Nugini bahkan menyebut jika MPIP PNG terlalu cepat menyerah menghadapi cyber bullying yang ada.
"Komite seharusnya bisa menghadapi ini dengan lebih baik dengan menentukan pasal apa yang dilanggar sebagai ratu kecantikan."
Baca Juga: Viral Bocah Ciumi Foto Ayah di Buku Yasin dan Minta Gendong, Publik Pilu
"Saya merasa mereka mengabaikannya begitu saja dan tidak memberinya kesempatan menjelaskan dan berbicara. Itu bukan cara yang benar," tambah advokat perempuan dari PBB.
Tak hanya itu, kritikus lain juga berpendapat jika keputusan mencopot mahkota Miss Papua New Guinea Lucy Maino tersebut hanya menunjukkan budaya misoginis dan seksis yang masih ada di Papua Nugini.