Miris, 63 Persen Anak di Dunia Tidak Bisa Baca Gegara Belajar Online

Jum'at, 09 April 2021 | 17:50 WIB
Miris, 63 Persen Anak di Dunia Tidak Bisa Baca Gegara Belajar Online
Ilustrasi anak baca. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 menyebabkan siswa dan pelajar mengalami kondisi learning loss, yaitu menurunnya minat belajar akibat sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang tidak efektif.

Pakar Ekonomi World Bank, Rythia Afkar mengatakan diprediksi anak yang tidak bisa membaca akan meningkat selama pandemi Covid-19.

Tak tanggung-tanggung, jumlah peningkatan ini bisa melonjak hingga 10 persen daripada tahun sebelumnya. Itu juga berarti, upaya untuk menurunkan angka anak tidak bisa membaca dan buta huruf sulit untuk dilaksanakan.

"Perkiraan low and middle, proporsi anak 10 tahun yang tidak bisa membaca dan yang tidak mengerti simpel teks, diperkirakan akan naik 10 persen, yang sebelum Covid-19 itu 53 persen menjadi 63 persen," ujar Rythia dalam Webinar Kemendikbud RI, Jumat (9/4/2021).

Baca Juga: Kemendikbud Minta Operator Siap 24 Jam Layani Bantuan Kuota Belajar

Ilustrasi anak membaca buku
Ilustrasi anak membaca buku

Tidak hanya terjadi di Indonesia, keadaan ini merata dan dialami hampir semua pelajar di dunia. Namun angka learning loss yang paling terlihat dampaknya terjadi di wilayah Asia Pasifik, yang bertambah sebanyak 7,7 persen.

"Paling tinggi kenaikannya Asian Region (negara di Asia," tutur Rythia.

Hal ini terjadi setelah selama 3 bulan lamanya anak melakukan PJJ, alias tidak belajar di dalam kelas sejak Maret 2020.

Di Indonesia, meskipun Kemendikbud mendampingi mekanisme PJJ dengan pembelajaran online dan televisi sekolah.

Namun kata Rythia tetap saja dampak negatifnya sangat terasa, khususnya daya serap siswa terhadap pembelajaran dan hubungan dengan keluarga.

Baca Juga: Cetak Foto Tokoh Sejarah di Face Shield, Tugas Sekolah Ini Bikin Ngakak

"Bukti global menunjukkan penutupan sekolah berdampak negatif pada pembelajaran akademi, karena pembelajaran jarak jauh membutuhkan keterampilan baru, dan juga visual," pungkas Rythia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI