Suara.com - Bukan hanya jago masak, meniti karir di bidang kuliner juga sangat membutuhkan modal lain, termasuk kemampuan soft skill yang sangat berguna dalam hal pertumbuhan industri kuliner Tanah Air.
Chef de Cuisine Paulaner Brauhaus Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Chef William Wijaya mengatakan, bekal utama seorang pelaku industri kuliner adalah memiliki passion, berperilaku positif, dan terakhir, mampu bekerja dalam situasi apapun.
"Di samping itu, kalau memang ingin sukses di dunia kuliner, juga ada hal lain yang harus dimiliki, yakni visioner," tambah Chef William.
Ia melanjutkan, seorang calon chef juga harus memiliki target yang jelas, baik target dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Baca Juga: Sandiaga Uno Ungkap Alasannya Sering Berkunjungi ke Sumut
"Seorang chef juga tidak hanya bisa memasak, tapi juga harus memiliki soft skill, serta bisa berkomunikasi yang baik dengan sesama tim satu departemen atau dengan departemen lain. Selain itu juga harus memiliki conceptual skill, artinya harus selalu punya ide kreatif di bidang kuliner. Karena dunia kuliner selalu berkembang mengikuti perkembangan jaman."
Hal tersebut, lanjut Chef William, membuat sekolah jurusan tata boga menjadi cukup relevan guna mendapat dan mempraktekkan ilmu kuliner.
"Mungkin saat ini ada kuliah-kuliah hingga jenjang sarjana perhotelan atau sekolah-sekolah memasak yang hanya satu tahun, tapi sejauh ini saya justru banyak memberikan training atau menerima praktek kerja dari siswa SMK, salah satunya yang dari Kudus. Dan saya lihat mereka bisa berkompetisi di dunia hospitality untuk di Five-star hotel," Chef William.
Ia pun berpesan agar siswa SMK Jurusan Tata Boga untuk selalu disiplin, bekerja keras, mau belajar, selalu punya ide kreatif, dan memiliki kemauan serta target yang jelas.
Di Indonesia, sekolah binaan Djarum Foundation yaitu SMK PGRI 2 Kudus memiliki Jurusan Tata Boga yang tidak hanya mengajarkan murid memasak, tapi juga dilatih untuk memiliki keterampilan lunak (soft skills) yang sesuai dengan kebutuhan industri kuliner.
Baca Juga: Sandiaga Uno: Magnet Kota Medan Adalah Sejarah dan Kuliner
"Di sekolah, siswa tidak hanya belajar memasak tapi juga diasah agar memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, penampilan yang baik, serta berpikir kritis dan berkomunikasi dengan baik dengan rekan kerja dan para pelanggan," kata Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Galuh Paskamagma melalui siaran pers yang diterima Suara.com baru-baru ini.
Hal tersebut, kata Galuh, sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh industri kuliner untuk para lulusan pendidikan vokasi. Mereka yang memiliki kompetensi khusus akan lebih banyak dicari dan berpotensi memiliki pendapatan lebih baik.
Seluruh pengetahuan dan kemampuan memasak para siswa nantinya dipraktekkan di restoran Jiva Bestari, sebuah bengkel jurusan kuliner di sekolah tersebut. Sajian utama di sana adalah masakan tradisional Indonesia yang diolah dan disajikan dengan konsep fine dining.
Sementara itu, masakan tradisional Indonesia dipilih karena ingin melestarikan warisan leluhur bangsa dan tidak ingin punah dijajah masakan dari luar.
Sedangkan fine dining menjadi pilihan karena konsep tersebut membutuhkan keterampilan tambahan, khususnya soft skills seperti kreativitas, tingkat ketelitian tinggi, dan penampilan yang baik para pelayannya.