Suara.com - Pandemi Covid-19 membuat banyak orang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), yang membuat ekonomi keluarga kerap terseok-seok. Kalau sudah begitu, biasanya jiwa wirausaha perempuan kerap menjadi andalan dan solusi. Sebagaimana yang diungkap Kepala Program Agensi PBB untuk Perempuan (UN Women) Indonesia, Dwi Yuliawati Faiz.
"Ketika di rumahkan, banyak sekali jiwa wirausaha perempuan yang kemudian menjadi jalan keluar dari masalah ekonomi keluarganya," ujar Dwi dalam acara Stellar Women Enterpreneurship Academy Danone, Jumat (12/3/2021).
Bahkan Dwi mengakui banyak usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang digagas perempuan mampu bertahan di tengah pandemi.
"Ternyata wirausaha perempuan itu bisa dibilang sangat tinggi daya lentingnya," aku Dwi.
Baca Juga: Indef: e-Commerce Dibanjiri Produk Impor, UMKM Terdampak
Namun sayangnya, jika UMKM besutan para perempuan ini sudah berdiri, acap kali kurang memiliki strategi untuk bisa bertahan dibandingkan UMKM besutan para lelaki.
Tapi yang tidak disangka, justru UMKM besutan perempuan sebagai orangtua tunggal atau tidak memiliki suami, memiliki strategi bertahan yang lebih hebat dibanding UMKM yang dirintis laki-laki.
"Perempuan dengan ibu tunggal, itu jauh lebih keras dibandingkan dengan mitranya yang lelaki," tutur Dwi.
Fenomena ini selaras dengan hasil riset UN Women yang mendapati 26 persen perempuan yang terlibat dalam usaha informal.
Namun mereka kerap mengorbankan kehidupan pribadinya untuk mengurangi beban ekonomi. Seperti tidak pergi ke dokter saat mereka membutuhkan.
Baca Juga: Gelar Fashion Show Digital, Wearing Klamby Hadirkan Tema Sulawesi