Mengenal Porang, Tanaman Hits di Kalangan Petani Dengan Harga Selangit

Kamis, 11 Maret 2021 | 20:12 WIB
Mengenal Porang, Tanaman Hits di Kalangan Petani Dengan Harga Selangit
Porang. (Dok: Kementan RI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Budidaya tanaman porang belakangan ini semakin diminati para petani. Sayangnya, budidaya tanaman porang terhambat kelangkaan dan mahalnya harga benih atau bibit porang.

Porang adalah sejenis tanaman umbi-umbian yang bisa dimakan, dan di jual ke pasar.

Uniknya menurut Peneliti Ahli Ahli Utama BB Biogen, Badan Litbang Pertanian, Ika Roostika Tambunan mengatakan bahwa tanaman porang (Amorphophallus muelleri) merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang bernilai ekonomi tinggi. 

Biasanya, porang diekspor dalam bentuk chips atau tepung.

Baca Juga: Cara Merawat Tanaman Cabe

Dalam industri pangan, porang bisa diolah menjadi tepung, shirataki, konyaku, dan gelling agent. 

Porang. (Dok: Kementan RI)
Porang. (Dok: Kementan RI)

Dalam industri industri obat-obatan porang berkhasiat untuk menurunkan kolesterol dan gula darah, mencegah kanker, serta menurunkan obesitas dan mengatasi sembelit.

Sementara, dalam industri lainnya, porang menjadi bahan baku lem, pelapis anti air, cat, negative film, pita seluloid, dan kosmetika mewah.

Sedangkan saat ini tanaman porang menjadi tren di kalangan petani karena kebutuhannya sangat tinggi, yang akhirnya menyebabkan kelangkaan benih.

Biasanya petani menggunakan benih alami dari umbi dan katak/bulbil yang harganya mencapai Rp 150 hingga 400 ribu per kilogram.

Baca Juga: Pandemi: Berkah Manis Budidaya Anggur

Sementara kebutuhan benih porang untuk satu hektare lahan sekitar 200 kilogram, sehingga petani harus mengeluarkan biaya antara Rp 30 juta hingga Rp 80 juta.

Siasat teknologi saat porang sedang langka

Hasilnya Kementerian Pertanian harus memutar otak, agar ketersediaan bibit porang dan kualitasnya tetap terjaga, dengan cara melaksanakan teknik kultur jaringan.

"Perbanyakan benih porang biasanya menggunakan katak/bulbil. Ketika kebutuhan benih tidak dapat terpenuhi secara konvensional, harus ada sentuhan teknologi dalam hal ini adalah teknik kultur jaringan,” kata Ika berdasarkan keterangan pers, Kamis (11/3/2021).

Kultur jaringan merupakan teknik mengisolasi bagian tanaman berupa protoplas atau sel telanjang, sel, jaringan, atau organ, secara aseptis dan ditumbuhkan secara in vitro (dalam botol) hingga membentuk planlet (tanaman utuh).

Memperbanyak bibit porang dengan kultur jaringan ini kelebihannya bisa dilakukan secara massal dan hasilnya lebih cepat. Bahkan tidak tergantung pada musim tanaman tertentu.

“Menghasilkan bibit sesuai dengan induknya, seragam, bebas hama dan penyakit, serta mudah untuk didistribusikan. Di samping itu karena adanya zat pengatur tumbuh pada saat ditumbuhkan secara in vitro maka pertumbuhan juga menjadi lebih cepat,” terangnya Ika.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI