Suara.com - Indonesia merupakan salah satu negara dengan produksi sampah terbanyak di dunia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Februari 2019 lalu, Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah setiap tahun.
Dari jumlah tersebut, sekitar 60 persen ditimbun di tempat pembuangan akhir (TPA), 10 persen didaur ulang, dan 30 persen sisanya tidak terkelola hingga mencemari lingkungan
Oleh sebab itu, baru-baru ini Nestle Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dan berbagai organisasi lainnya membuat program dengan nama Projek STOP.
Program ini merupakan layanan pengangkutan dan pemilahan sampah yang dilakukan di masyarakat.
Baca Juga: Tega! Mayat Bayi Dibuang di Truk Sampah Bikin Heboh Warga Depok
Projek STOP ini memfasilitasi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu reuse-reduce-recycle (TPST3R) di wilayah Kabupaten Pasuruan, khususnya Kecamatan Lekok dan Nguling.
Program ini bertujuan untuk membangun sistem persampahan sirkuler tanpa kebocoran dan mengalihkan sebanyak mungkin sampah dari TPA melalui daur ulang dan pemrosesan organik.
Setiap rumah tangga di Lekok dan Nguling akan mendapat dua jenis tempat sampah yang berbeda. Nantinya tempat sampah itu akan ada petugas yang mengambilnya untuk dilakukan daur ulang dan pemrosesan organik. Fasilitas TPST3R di Lekok dan Nguling, nantinya akan mengelola pengumpulan dan pemilahan sampah serta proses daur ulang dengan kapasitas 32 ton per hari.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, Projek STOP ini sangat baik karena dapat menjadi solusi mengenai sampah di masyarakat. Selain itu, karena lokasi dekat dengan laut, hal ini dapat membantu mengurangi kebocoran sampah yang ada di laut.
“Projek STOP ini bisa jadi solusi untuk masyarakat. Terus bisa mengurangi kebocoran sampah di laut juga, “ ucap Luhut pada Peresmian Fasilitas TPST3R di Pasuruan, Jumat (26/02/2021).
Baca Juga: Ratusan Ton Sampah Sisa Banjir di Tangerang, Bukti Manusia Rusak Lingkungan
Ia juga menambahkan, program stop ini juga ditujukan untuk mencapai target pengurangan sampah sebanyak 70 persen di tahun 2025. Luhut berharap, seluruh masyarakat dapat berkolaborasi agar sampah bisa diolah menjadi lebih bermanfaat.
Projek STOP ini, rupanya tidak hanya memberikan fasilitas kepada masyarakat agar mengumpulkan sampah saja. Namun TPST3R juga menjadi memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat di Kecamatan Lekok dan Nguling. Masyarakat juga diberikan edukasi sehingga dapat mengelola sampah sendiri.
Menurut keterangan Kadis Lingkungan Hidup, Pasuruan, Heru Farianto, saat ini sudah terdapat 365 desa yang memiliki bank sampah. Dengan demikian sudah mencapai sekitar 50 persen yang menjalani program ini. Ia berharap, melalui program ini seluruh masyarakat, khususnya generasi muda dapat memperlakukan sampah sehingga menjadi lebih bermanfaat.
Penulis: Fajar Ramadhan