Suara.com - Mewarnai kuku kerap dilakukan perempuan untuk mempercantik tampilan jari-jemarinya. Selain menggunakan kuteks, tak sedikit yang memilih dedaunan sebagai pewarna alami untuk kuku. Mana yang lebih baik?
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, dr. Kartika Ruchiatan, Sp.KK(K), M.Kes, FINSDV, mengatakan pewarna alami dari dedaunan lebih rendah risiko mengiritasi kulit dan kuku dibandingkan kuteks.
"Kuteks tradisional itu, secara bahan karena dia organik, tidak ada jenis kimia yang terlalu iritatif, dibandingkan dengan pewarna yang memang tersedia," ujar dr. Kartika dalam Live IG @perdoski Rabu (25/2/2021).
Sayangnya, pewarna kuku tradisional yang biasa berasal dari dedaunan ini memiliki kelemahan, yaitu menyulitkan para dokter mendeteksi adanya satu menyakit melalui kuku, lantaran lempengan kukunya yang berubah warna.
Baca Juga: Awas! Kuteks Ternyata Bisa Jadi Penyebab Berat Badan Susah Turun
Akan berbeda pada kuku yang menggunakan kuteks yang bisa dibersihkan dengan cairan pembersih kuku.
"Tetapi juga harus diperhatikan ketika ada masalah kulit, masalah kuku pewarna itu cukup menganggu pada saat pemeriksaan," papar dr. Kartika.
"Jadi mungkin lebih ke situ, jadi kadang tidak bisa mendeteksi, apalagi dengan pewarna tradisional jadi blanding. Jadi warna lama-lama malah kekuningan," sambungnya.
Sementara itu, baik penggunaan kuteks ataupun pewarna kuku alami, disarankan tidak digunakan terus menerus karena akan memengaruhi kesehatan kuku. Disarankan setidaknya pemakaian pewarna kuku paling lama satu minggu. Kemudian, biarkan kuku beristirahat.
Baca Juga: Tak Disangka, 5 Benda Ini Juga Bisa Jadi Penghapus Cat Kuku!