3 Mitos Hari Valentine, dari Kartu Ucapan hingga Paganisme

Farah Nabilla Suara.Com
Sabtu, 13 Februari 2021 | 16:12 WIB
3 Mitos Hari Valentine, dari Kartu Ucapan hingga Paganisme
Ilustrasi. Mitos hari valentine.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tahukah Anda bahwa ada beberapa mitos Hari Valentine yang beredar?

Hari Kasih Sayang ini umumnya dirayakan dengan memberikan hadiah pada orang terkasih sebagai wujud perhatian dan rasa sayang yang ingin diungkapkan. Meski demikian, jika ditelisik ke belakang ternyata mitos hari Valentine sendiri tidak selamanya indah. Berbagai kejadian pernah terjadi pada tanggal ‘merah mudah’ di bulan Februari ini.

Nah, sambil mempersiapkan hadiah dan momen terbaik untuk tanggal 14 Februari besok, tidak ada salahnya Anda juga membaca sedikit mitos hari Valentine yang ada di bawah ini. Anggap saja sebagai trivia dan satu pengetahuan baru yang semoga menarik. Berikut mitos hari Valentine yang beredar yang telah dirangkum Suara.com.

Kartu Ucapan Valentine Pertama

Baca Juga: Tegas Vicky Prasetyo Tidak Rayakan Valentine, Tidak Ada Kado Buat Kalina

Meski hari Kasih Sayang sudah diperingati sejak ratusan tahun silam, dan dengan banyak bentuk perayaan, namun tahukah Anda bahwa mitosnya surat atau kartu ucapan Valentine pertama dibuat oleh seorang tahanan perang> Dike Charles of Orleans, menjadi pria pertama yang dianggap menulis ucapan Valentine yang ditujukan pada istrinya yang berada di Perancis. Ia sendiri dipenjara di Tower of London sejak tahun 1415. Surat cinta ini kini disimpan di British Library yang ada di London.

Coklat dengan Tema Valentine Pertama, Abad 19

Pada tahun 1868, seorang pembuat coklat bernama Richard Cadbury mengeluarkan coklat pertama dengan tema hari Valentine. Meski demikian, sebenarnya coklat sendiri sudah digunakan sebagai ‘media’ mengungkapkan kasih sayang sejak abad ke 17. Pada era Richard Cadbury hidup, kudapan dan camilan manis seperti coklat dan permen memiliki harga yang terjangkau, sehingga bisa dinikmati oleh hampir semua kaum.

Berakar dari Perayaan Kaum Romawi Kuno

Tidak selalu bertemakan kasih sayang dan kehangatan, Valentine berakar dari budaya dan perayaan kaum Romawi Kuno yang disebut dengan Lupercalia. Upacara ini dirayakan dengan ‘menyiksa’ kaum perempuan, dengan mencambuknya menggunakan kulit kambing. Sebenarnya tujuan upacara ini bukan melukai, namun lebih kepada pemurnian dan kesuburan kaum perempuan. Paus Gelasius I kemudian melarang praktek Lupercalia, dan kemudian mengubah tanggal 14 Februari jadi hari Santo Valentine, yang dirayakan seperti sekarang ini.

Baca Juga: 30 Ucapan Valentine Romantis, Kirim Buat Pasanganmu Besok 14 Februari

Memang jika dilihat ada banyak sekali perspektif mengenai hari Valentine, pun dengan mitos yang melatarbelakangi perayaan hari Kasih Sayang ini. Namun, rasanya sebagai masyarakat modern Anda bisa berlaku bijak dengan mengambil sisi positif dari cerita yang berkembang. Mitos hari Valentine di atas misalnya, selalu ada nilai positif dibalik setiap cerita dan kisahnya.

Itulah mitos hari Valentine yang banyak beredar.

Kontributor : I Made Rendika Ardian

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI