Mengenal Pisang INA 03, Pisang Hibrida Pertama di Indonesia

Sabtu, 13 Februari 2021 | 09:06 WIB
Mengenal Pisang INA 03, Pisang Hibrida Pertama di Indonesia
Pisang INA 03 vs Pisang Ketan 01. (Dok. Kementan RI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Untuk menciptakan buah yang tahan atau toleran terhadap penyakit, maka dibuatlah buah dengan kategori kultivar unggul, seperti pisang Kepok Tanjung dan pisang INA 03.

Kedua pisang lokal ini dihasilkan oleh program pemuliaan tanaman pisang dilakukan oleh Balitbangtan di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) oleh Kementerian Pertanian (Kementan) RI.

Pisang INA-03 (Indonesia-03) merupakan pisang hibrida pertama di Indonesia. Pisang ini merupakan hasil persilangan antara pisang Ketan-01 dan Calcuta-4.

“Calcuta-4 merupakan pisang liar yang berbiji tetapi memiliki sifat tahan terhadap penyakit layu fusarium. Pisang Ketan-01 adalah pisang komersial umumnya dimanfaatkan sebagai pisang olah. Persilangan antara keduanya menghasilkan keturunan yang lebih baik dari pada kedua induknya,” papar Edison, peneliti pemuliaan Balitbu Tropika pada Bincang Buah Tropika berdasarkan siaran pers Kementan RI, Jumat (12/2/2021).

Baca Juga: Resep Pisang Molen Renyah untuk Camilan di Rumah

Pisang INA 03. (Dok. Kementan RI)
Pisang INA 03. (Dok. Kementan RI)

Pisang INA-03 memiliki karakteristik unggul. Secara fisik, tinggi tanamannya sekitar 1,75 hingga 2 meter sehingga mudah dipanen. Selain itu, pisang INA-03 tergolong besar dengan bobot buahnya 12 hingga 18 kilogram per tandan.

Lalu, tanaman pisang juga adaptif untuk dataran rendah hingga menengah (2 hingga 500 meter di atas permukaan laut). Untuk produktif tanamannya berkisar 93 hingga 105 hari dari bunga muncul.

Buah pisang INA-03 memiliki ciri ujung runcing dan tangkai buah pendek antara 1 hingga 1,2 centimeter. Buah yang matang memiliki warna kuning cerah. Dari segi rasa, pisang INA-03 memiliki rasa yang manis dengan kandungan gula 28,5 hingga 29 oBrix.

Tekstur buahnya kenyal dan tahan simpan hingga 18 hari. Kultivar ini juga memiliki kandungan kalsium 6,18 hingga 6,98 mg/100g.

Edison menambahkan, kelebihan lain dari pisang kultivar ini adalah toleran terhadap penyakit layu fusarium dan penyakit darah. Layu fusarium dan penyakit darah adalah penyakit yang paling banyak menyerang tanaman pisang.

Baca Juga: Selain Pisang, Penuhi Asupan Kalium dari Makanan Berikut

Penyakit layu fusarium menyerang tanaman dari akar, batang, daunnya layu dan seringnya tanaman mati sebelum berbuah. Sedangkan penyakit darah awalnya menyerang dari bunga/jantung kemudian daging buah menjadi busuk meskipun masih tampak bagus dari liuar. Kedua penyakit tersebut ditandai dengan daunnya yang menguning dan layu.

"Ketahanan atas kedua penyakit ini diharapkan bisa mengurangi potensi kerugian bagi petani tanaman pisang." lanjutnya.

Saat ini, Balitbu Tropika masih terus memperbanyak benih sumber dan benih sebar pisang INA-03. Balitbu Tropika bekerja sama dengan rekanan untuk penggunaan laboratorium di beberapa daerah.

Ke depan, kultivar ini akan terus dikembangkan hingga hilirisasinya. Sebab, pisang yang tahan layu fusarium ini juga memiliki potensi sebagai pisang olahan. Hal ini tentu bisa diwujudkan dengan kerja sama dari berbagai stakeholder agar bisa dioptimalkan secara maksimal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI