Suara.com - Kue keranjang menjadi hidangan yang tidak pernah ketinggalan saban perayaan Imlek. Bukan hanya kalangan Tionghoa, masyarakat umum pun bisa menikmati legitnya kue berbentuk bulat ini.
Tradisi Tionghoa mewajibkan orang-orang yang sedang merayakan tahun baru Imlek membagi-bagikan kue keranjang kepada sanak saudara dan kolega. Namun jangan salah, kue keranjang tak sekadar kue. Berikut 6 fakta unik kue keranjang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Kue Pembawa Kesejahteraan
Kue keranjang berasal dari bahasa Mandarin Nian Gao. Nian berarti tahun dan Gao berarti kue. Dari asal-usul namanya kue keranjang diharapkan membawa kesejahteraan sepanjang tahun, serta kesejahteraan yang meningkat dari hari ke hari. Itulah sebabnya kue keranjang tidak pernah absen hadir di setiap awal tahun dalam perayaan Imlek. Rasa kuenya yang manis juga dimaksudkan agar yang memakannya selalu berperilaku dan berkata baik.
Baca Juga: Menilik Bagi Angpao di Masjid Babah Alun, Ramaikan Imlek dan Jumat Shodaqoh
2. Kue yang Dibuat dalam 12 Jam
Kue keranjang dibuat dengan bahan yang dikukus selama 12 jam. Sebelumnya fermentasi tepung juga dilakukan selama 10 – 12 hari. Proses pembuatan yang lama ini menjadikan kue keranjang kenyal dan manis, menyatu dengan racikan bumbunya.
Kesabaran dalam proses memasak kue keranjang memiliki filosofi bahwa kehidupan harus dijalani dengan penuh kegigihan, ketekunan, dan kesabaran. Proses yang lama ini pada akhirnya sebanding dengan kadaluwarsanya yang bisa mencapai berbulan-bulan kemudian.
3. Persembahan untuk Dewa Dapur
Selain dimakan bersama keluarga besar saat perayaan Imlek, kue keranjang juga diyakini menjadi persembahan untuk Dewa Dapur. Dengan mempersembahkan kue keranjang, Dewa Dapur diharapkan dapat melaporkan hal-hal baik saat kembali ke surga.
Baca Juga: Tahun Baru Imlek, Masjid Babah Alun Desari Bagikan Angpao Buat Dhuafa
Legenda lain menyebutkan kue keranjang mengandung pesan agar warga tidak pernah memandang buruk atas segala sesuatu yang terjadi dunia. Pesan itu pernah disampaikan Perdana Menteri yang terkenal bijaksana di Tiongkok, Wu Zixu.
Benar saja, setelah Wu Zixu meninggal dunia, terjadi bencana kelaparan di Tiongkok. Warga kemudian membuat kue keranjang untuk menyelamatkan nyawa dari bahan-bahan yang sudah dipersiapkan sang perdana menteri sebelum meninggal.
4. Lambang Hubungan Persaudaraan Tanpa Batas
Sudah menjadi tradisi bagi warga Tionghoa untuk membagi-bagikan kue keranjang kepada kerabat. Kue keranjang juga dimakan saat jamuan Imlek bersama keluarga besar. Kue keranjang yang berbentuk bulat tanpa sudut memang melambangkan hubungan persaudaraan tanpa batas. Kue dengan tekstur yang lengket juga melambangkan hubungan persaudaraan yang tinggi.
5. Akulturasi Budaya Indonesia
Meskipun berasal dari Tiongkok, kue keranjang sudah menjadi akulturasi budaya Indonesia. Kue ini bisa diolah kembali sesuai dengan selera, misalnya menjadi camilan manis dengan dicampur adonan tepung dan telur kemudian digoreng.
Kue keranjang juga bisa diolah kembali dengan ubi ungu dan biji wijen dan menjadi isian dari roti goreng. Selain itu ada kudapan asli Indonesia yang dipengaruhi budaya Tionghoa seperti jenang, dodol, dan wajik.
6. Rezeki yang Melimpah
Kue keranjang biasanya disusun tinggi bertingkat seperti menara. Di bagian bawah, kue lebih lebar ketimbang di bagian atasnya. Penyusunan bertingkat melambangkan cara manusia mencapai puncak rezeki dengan landasan yang kokoh dan semakin meninggi.
Itulah 6 fakta unik kue keranjang, kue pembawa keberuntungan yang dibuat dalam 12 jam!
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni