Suara.com - Memiliki bentuk wajah yang indah dan sempurna adalah keinginan orang banyak. Salah satu metode untuk membuat bentuk wajah menjadi indah yaitu dengan melakukan operasi plastik. Operasi plastik juga tidak hanya untuk bentuk wajah, tetapi bagian tubuh lainnya.
Pada dasarnya, operasi plastik digunakan untuk merekonstruksi jaringan dan kulit yang hilang atau rusak. Dengan melakukan operasi plastik akan membuat jaringan kembali normal. Operasi plastik juga biasa digunakan dalam beberapa kondisi di antaranya:
- Kelainan yang sudah ada sejak lahir, seperti celah bibir dan langit-langit, jari berselaput, dan tanda lahir
- Area yang rusak akibat pengangkatan jaringan kanker, seperti dari wajah atau payudara
- Luka bakar yang parah atau cedera serius lainnya
Operasi plastik akan membuat bagian tubuh yang rusak kembali baik. Hal ini juga berguna untuk meningkatkan kepercayaan dan harga diri orang tersebut. Namun, saat ini banyak orang yang melakukannya untuk mengubah bentuk tubuhnya.
Parahnya, dalam beberapa kasus seseorang mengubah bentuk tubuh berkali-kali. Padahal, operasi plastik dapat memberikan efek negatif jika dilakukan secara terus-menerus bagi tubuh. Dilansir dari Healthline, berikut beberapa dampak negatif dari operasi plastik, antara lain:
Baca Juga: Gara-Gara Bagian Wajah Ini, Lee Jeong Hoon Mengaku Anjurkan Anaknya Oplas
1. Hematoma
Hematoma merupakan kantong darah di dalam tubuh yang menyerupai memar yang besar dan nyeri. Hematoma merupakan risiko di berbagai jenis operasi. Biasanya, pada operasi plastik terjadi saat melakukan prosedur pembesaran payudara atau pengencangan di bagian wajah.
2. Seroma
Seroma merupakan kondisi cairan tubuh yang steril di bawah permukaan kulit. Hal ini mengakibatkan pembengkakan disertai nyeri. Sama halnya dengan hematoma, seroma juga bisa terjadi pada setiap operasi apapun. Pada operasi plastik biasanya sering terjadi saat melakukan prosedur pengencangan perut.
3. Kehilangan darah
Baca Juga: Disindir soal Oplas, Bunga Zainal: Bisa Buktiin, Gue Kasih Rp1 Miliar
Operasi plastik dapat menyebabkan kehilangan darah yang tidak terkontrol. Hal ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang dapat berpotensi kepada kematian. Biasanya hal ini terjadi saat operasi berlangsung.
4. Infeksi
Infeksi sering terjadi pasca operasi. Infeksi pada operasi plastik terjadi sekitar 1,1 hingga 2,5 persen saat menjalani proses pembesaran payudara. Salah satu yang dapat terjadi setelah operasi yaitu infeksi kulit selulitis.
5. Kerusakan saraf
Kerusakan saraf kemungkinan dapat terjadi saat prosedur pembedahan. Gejala yang ditimbulkan biasanya mati rasa dan kesemutan setelah operasi plastik. Kerusakan saraf ini bersifat sementara, tetapi pada beberapa kasus bisa menjadi permanen. Sebagian besar yang mengalami hal ini pasca operasi pembesaran payudara.
6. Trombosis vena dalam dan emboli paru
Tombosis vena yaitu kondisi di mana gumpalan darah terbentuk di vena. Ketika gumpalan pecah dan berjalan ke paru-paru, itu dikenal sebagai pulmonary embolism (PE). Komplikasi ini relatif jarang terjadi, hanya mempengaruhi 0,09 persen dari semua pasien yang menjalani operasi plastik.
7. Kerusakan organ
Saat melakukan pembedahan bisa menimbulkan trauma dan cedera pada organ dalam tubuh. Hal ini akan menyebabkan perforasi, yaitu lubang atau luka pada dinding suatu organ tubuh. Kondisi ini dapat terjadi pada esofagus, lambung, usus kecil, usus besar, anus atau kantung empedu.
8. Jaringan parut
Saat melakukan operasi dapat membuat jaringan parut pada tubuh. Jaringan parut adalah bekas luka yang menonjol berwarna merah dan tebal. Kondisi ini dapat mengganggu penampilan seseorang.
9. Ketidakpuasan penampilan umum
Saat melakukan operasi plastik, hal yang diinginkan seseorang yaitu mendapatkan hasil yang lebih baik. Namun, pada beberapa kondisi hasil operasi justru mengecewakan orang tersebut. Biasanya kondisi ini membuat orang kurang menyukai karena bentuk kontur yang tidak simetri.
10. Komplikasi anestesi
Anestesi yaitu penggunaan obat yang membuat tubuh menjadi tidak sadar. Anestesi juga bisa menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi paru-paru, stroke, serangan jantung, bahkan kematian.
Penulis: Fajar Ramadhan