Suara.com - Kehidupan di masa pandemi Covid-19 penuh dengan ketidakpastian. Dengan banyaknya gelombang PHK yang terjadi di mana-mana, banyak orang yang kehilangan penghasilan mereka.
Tak sedikit yang mulai memikirkan, apa yang akan kita ditinggalkan untuk orang-orang terkasih, agar mereka tak terjebak pada kesulitan ekonomi yang sama.
Menjawab hal ini, perencana keuangan Dani Rachmat menyebut, selain menyiapkan dana darurat, sudah saatnya masyarakat mulai memikirkan untuk menyiapkan warisan.
Lantas, dalam bentuk apa yang paling tepat?
Baca Juga: Duka Eropa di Akhir Tahun 2020: 3 Legenda Tutup Usia, Warisan Jadi Rebutan
Dalam jajak pendapat daring di Instagram yang Dani lakukan beberapa waktu lalu, terdapat pergeseran opsi mengenai harta warisan di mata masyarakat.
Diikuti 1.870 responden, instrumen yang masuk dalam opsi tersebut adalah properti, emas, deposito, saham, benda seni, koleksi otomotif, asuransi jiwa, dan usaha.
"Properti masih jadi favorit, tapi di posisi ke-1 dan ke-3 justru muncul saham dan asuransi jiwa," katanya dalam peluncuran PruWarisan bersama Prudential pada Rabu (20/1/2021).
Kemunculan asuransi jiwa sebagai salah satu instrumen warisan, kata dia dilatarbelakangi beberapa faktor. Pertama, adanya kepastian nilai pertanggungan yang membuat perencanaan keuangan untuk ahli waris lebih mudah.
"Kemudian, prosedur yang jelas. Ahli waris tinggal melakukan proses klaim ke perusahaan dan pencairan langsung ke ahli waris saat semua syarat telah terpenuhi," tuturnya menambahkan.
Baca Juga: Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia, Pantun Riau Harus Dilestarikan
Sayangnya, lanjut Mamat, sapaan akrabnya, Survei GoBear Financial Health Index 2020 mengungkap mayoritas masyarakat baru memulai merencanakan keuangannya saat berusia 35 tahun.
Selain itu, mereka juga baru memulai merencanakan harta warisan ketika usia mereka 41 tahun.
"Seharusnya 10-15 tahun lalu sudah merencanakan keuangannya. Kalau di usia 35 tahun mereka pasti sudah disibukkan dengan berbagai pengeluaran seperti pendidikan anak, renovasi rumah," tambah dia.
Ia melanjutkan, perilaku tersebut harus segera diubah mengingat perencanaan keuangan jangka panjang, termasuk dana warisan, akan menjadi bekal bagi orang tersayang dan bantu meminimalkan rasa khawatir.
Apalagi dalam hal warisan, banyak orang berasumsi bahwa mereka baru perlu menyiapkannya sudah cukup mapan ataupun berusia lanjut. Padahal justru sebaliknya. Asuransi jiwa sebagai warisan bisa dimulai sedini mungkin.
"Bahkan saat masih single, tapi sudah punya visi ke depan soal pernikahan dan akan punya anak berapa," katanya.
Lebih cepat, katanya, akan lebih baik karena kita akan membeli premi dalam nominal lebih murah dibandingkan saat sudah lanjut usia.