Suara.com - Meski tahu mengenai tenun, mungkin banyak dari kita masih kurang familiar dengan istilah lungsin dan pakan.
Di catut dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, lungsin memilki arti benang yang membujur, sementara pakan adalah benang yang melintang pada tenun.
Komposisi lungsin dan pakan inilah yang pada akhirnya mengikat dan membentuk motif sebuah produk tenun.
Di Jakarta, ada Aulia yang menyadari dua konsep asing tersebut. Dari situ juga ia terinspirasi untuk membuat brand tas berbahan dasar wasta Nusantara tenun, dengan merek dagang LUNGSIN.
Baca Juga: Ajak Masyarakat Optimistis, Didiet Maulana Kenalkan Karya Terbaru
Pembelinya datang dari berbagai kalangan mulai dari istri Presiden Indonesia yaitu Iriana Jokowi, sampai aktris papan atas Tanah Air seperti Dian Sastrowardoyo dan Raline Shah.
Kepada Suara.com, Aulia mengatakan dirinya mulai tertarik berbisnis tas tenun sejak 2012 lalu. Namun ia mulai benar-benar 'menyeriusi' bisnis tas-nya pada 2015 atau tiga tahun kemudia.
"Aku senang fesyen. Dan kenapa berani bikin brand ini karena ada pasarnya. Tas etnik di pasaran biasanya warnanya terlalu berani dan kadang gak serasi, jadi tabrakan. Tidak ada warna netral, akhirnya aku masuk dan olah dengan warna yang lebih pas," kata Aulia kepada Suara.com beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan dirinya banyak mengolah tenun dari berbagai daerah di Indonesia mulai dari Jepara, Padang, Badui, Palembang, Bali, Sumba hingga Sambas.
Dibanding membina, Aulia lebih memilih menjalin kerja sama dengan penenun. Ia mengaku akan mencari pengrajin tenun yang dapat menerjemahkan roh LUNGSIN sebagai produk etnik, vintage, menawan namun tetap sederhana.
Baca Juga: Sarung Buatan Tanah Air Ini Berhasil Tembus Pasar Dunia, Ini Rahasianya
"Misal kita beri pengrajin sampel warna yang sesuai mau kita. Misal, kamu mau benang songket warna emas yang lembut. Itu sampai kami beli sendiri benangnya dan kami berikan ke pengrajin," tambah Aulia.
Lalu, apa tantangan yang dihadapi selama berbisnis tas tenun khas Indonesia?
Aulia mengatakan, ia sadar bahwa produknya tidak membina pengrajin tenun. Itu, pada akhirnya, telah menjadi kendala tersendiri.
Misal, ada kelompok pengrajin yang menenun karena bagian dari budaya dan hanya akan menenun dalam kondisi tertentu saja. Sementara lainnya, ada yang menenun karena telah menjadi mata pencaharian utama mereka.
"Kain yang kami pakai luas dan kami tidak bina pengrajin. Terutama menenun yang menjadi bagian dari budaya mereka. Maka memastikan mereka tetap menenun dan tetap lestari, itu yang jadi kendala kami."
Di sisi lain, penggunaan benang dan pewarna pada kain tenun juga bagian dari kendala umum lainnya.
"Pewarna alam baik tapi bisa jadi tantangan juga. Warna sulit ngiket dan mudah luntur."
Aulia mengatakan dirinya tidak saklek dan kaku mengenai paradigma pewarna alam atau pewarna buatan. Ia juga tidak akan melakukan glorifikasi pada produk tas yang dibuat dengan pewarna alami.
Tapi jika ada yang bertanya, Ia mengaku akan menjawab saat ada konsumen bertanya apakah produk yang akan dibelinya menggunakan pewarna alam atau pewarna tekstil.
Produk LUNGSIN sendiri tersedia dalam bentuk tote bag, clutch, pouch hingga duffel bag dengan harga mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 2.6 juta. Tertarik untuk membeli?