Besar Kecil Ukuran Penis Pengaruhi Kepuasan Seksual, Mitos atau Fakta?

Sabtu, 09 Januari 2021 | 20:55 WIB
Besar Kecil Ukuran Penis Pengaruhi Kepuasan Seksual, Mitos atau Fakta?
Ilustrasi penis / Mr P lelaki. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seberapa penting ukuran penis seorang pria saat melakukan hubungan intim? Apakah kepuasan seksual sangat bergantung pada ukuran alat kelamin?

Stereotip yang berkembang di masyarakat terkadang bisa menutupi fakta kesehatan seksual sebenarnya. Jika banyak orang percaya, stereotip tersebut tentu dapat berdampak buruk.

Pada laki-laki, misalnya. Banyak dari mereka mengira ukuran penis memengaruhi seberapa baik performa di ranjang, atau ejakulasi dini tak dapat disembuhkan. Nyatanya, kedua hal itu adalah pernyataan yang tidak benar.

Selain kedua hal itu, berikut beberapa mitos lain tentang kesehatan seksual pria, melansir laman Insider:

Baca Juga: Penting bagi Kesehatan Seksual Pria, 6 Cara Meningkatkan Hormon Testosteron

1. Mitos: ukuran penis memengaruhi kepuasan seksual

Ahli urologi di Orlando, Florida, Jamin Brahmbhatt, mengatakan bahwa panjang dan tebal penis seseorang bukanlah penentu seberapa puas secara seksual mereka dan pasangannya.

"Kebanyakan pria baik-baik saja dalam hal ukuran dan ketebalan. Namun saat mereka membandingkan diri sendiri dengan film dewasa, mereka mungkin mulai merasa tidak aman," kata Brahmbhatt.

Brahmbhatt mengingatkan bahwa selama pria itu sehat, seharusnya tidak akan mengurangi tingkat kepuasan seksual cuma karena ukuran organ intim.

Ilustrasi seks, bercinta. (Shutterstock)
Ilustrasi bercinta. (Shutterstock)

2. Mitos: testis biru bisa mematikan

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Berdampak Pada Kesehatan Seksual Perempuan, Seperti Apa?

Memang menakutkan melihat testis membiru, merasakan sakit, dan ketidaknyamanan pada bagian itu.

Namun, kondisi yang dapat menjadi indikasi hipertensi epididimis tak mengancam jiwa atau berisiko mengalami kerusakan permanen.

"Hipertensi epididimis terjadi saat seseorang mempunyai kelebihan darah di testis akibat gelombang ereksi yang tidak diikuti ejakulasi," tutur Brahmbatt.

Biasanya, saat seorang pria terangsang, darah mengalir ke penis dan testikel, dan menyebabkan ereksi. Jika pria mengalami ejakulasi, darah kembali ke tingkat normal. Namun kalau tidak, testis dapat membiru.

Ilustrasi bercinta (Shutterstock)

3. Mitos: pria tidak pernah berpura-pura orgasme

Saat pria mencapai klimaks, tandanya adalah ejakulasi. Tapi bukan berarti pria tidak bisa berpura-pura orgasme.

"Pria dapat memalsukan apa yang tampak dan suara orgasme. Satu-satunya masalah adalah mungkin tak terlihat ejakulasi. Saat itu mereka mungkin akan menyalahkan obat atau masalah medis," ujar Brahmbatt.

4. Mitos: pria harus berejakulasi agar puas atau mengalami kenikmatan seksual

Menurut Brahmbatt, kebutuhan untuk berejakulasi ketika berhubungan seks tergantung pada preferensi pribadi.

"Saya pernah bertemu pria yang puas tanpa mempunyai tanda klasik dari seks, yaitu ejakulasi," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI