Suara.com - Selama ini, kaum difabel cenderung mendapatkan tantangan lebih besar untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam hal tampil cantik dan percaya diri.
Padahal, sama seperti orang lainnya, kaum perempuan difabel berhak untuk bisa tampil cantik dan percaya diri. Dan untuk mendukung hal tersebut, Yuna & Co., platform personal styling pertama di Indonesia, memutuskan berkolaborasi dengan gerakan non-profit Lipstick untuk Difabel (LUD).
Sebagai bentuk dukungan terhadap LUD, Yuna & Co. akan memberikan jasa personal styling serta menyediakan item fesyen untuk enam orang model difabel pada sesi pemotretan terbaru LUD.
"Yuna & Co. juga memproduksi konten tentang LUD yang akan dimuat dalam kanal digital perusahaan serta segenap media partner kami," kata Winzendy Tedja, Founder & CEO Yuna & Co. dalam siaran pers yang suara.com terima.
Baca Juga: Kisah Guru Disabilitas yang Mengajar Anak-anak Difabel
Kolaborasi ini, lanjut dia, juga didukung pula oleh brand-brand desainer lokal ternama di Indonesia yang merupakan partner Yuna & Co., antara lain Figure, Le Bijou, Clouwny, Senora, Elgra, Cloxvox, Ramune, Jauw Active, Bearnice, Square The Label, dan Mava.
Bagi Laninka Siamiyono, founder LUD, kolaborasi ini sangatlah berarti. Apalagi, katanya sebagai seorang perempuan difabel, Laninka selama ini melihat kebutuhan fesyen teman-teman difabel kerap kali kurang diperhatikan.
"Masih banyak yang beranggapan kalau kami tidak pantas untuk berpenampilan menarik. Melihat visi dan misi Yuna & Co., saya merasa mereka dapat membantu teman-teman difabel untuk menemukan style terbaik mereka dalam berbusana, menemukan pakaian yang tepat untuk mampu meningkatkan rasa percaya dirinya," ungkap dia.
Gerakan LUD yang dimulai Laninka sejak Juli 2018, awalnya berupaya untuk mendorong kaum perempuan difabel tampil lebih percaya diri melalui makeup. Bentuk gerakan ini berupa donasi kepada perempuan difabel dengan mengumpulkan lipstik dari sumbangan sesama perempuan di Indonesia.
Dalam waktu dua tahun, LUD telah berkembang menjadi sebuah komunitas inklusif yang menyatukan perempuan difabel dan non-difabel untuk saling menyemangati, berbagai informasi, dan saling peduli satu sama lain.
Baca Juga: Pemerintah Ingin Buka Program Difabel Netra Agar Bisa Belajar di Tiongkok
“Kami berharap kolaborasi bersama LUD bisa menyebarluaskan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya kesetaraan akses untuk kaum difabel. Keterbatasan fisik tidak boleh menghalangi mereka untuk terus berkarya, mencintai diri sendiri, dan melampaui batas-batas yang ada,” tutup Winzendy.