Islamofobia Masih Terjadi di Eropa, Ini Curhatan Komunitas Muslim di Jerman

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 05 Januari 2021 | 17:29 WIB
Islamofobia Masih Terjadi di Eropa, Ini Curhatan Komunitas Muslim di Jerman
Ilustrasi muslim di luar negeri [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Islamofobia masih terjadi di benua Eropa. Di Jerman, komunitas muslim dibayang-bayangi ketakutan dan ancaman.

Dilansir Anadolu Agency, Kemal Ergun, presiden asosiasi Turki-Muslim IGMG, mengatakan semakin banyak masjid telah menjadi sasaran ancaman, vandalisme atau pembakaran dalam beberapa bulan terakhir.

"Sedikitnya 122 masjid menjadi sasaran serangan semacam itu tahun lalu," kata Ergun, menambahkan bahwa puluhan masjid mendapatkan banyak ancaman bom oleh kelompok neo-Nazi atau kelompok ekstremis lainnya, yang memicu kekhawatiran di antara anggota komunitas.

"Kami mengimbau aparat kepolisian untuk melakukan investigasi yang lebih efektif dan menangkap para pelaku penyerangan tersebut," tutur dia.

Ergun, yang memimpin salah satu organisasi Muslim-Turki terbesar di negara itu, mengatakan Muslim di sana mengalami lebih banyak permusuhan dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari mereka karena meningkatnya tindakan anti-Muslim.

Dia mengatakan wanita Muslim khususnya yang memakai jilbab sering dilecehkan secara verbal di jalan, dan insiden penyerangan fisik yang dilaporkan juga meningkat.

Menurut angka resmi, polisi mencatat 632 kasus kejahatan Islamofobia di Jerman dari Januari hingga November 2020.

Ini termasuk penghinaan, surat ancaman, gangguan praktik keagamaan, serangan fisik dan perusakan properti.

Angka sebenarnya yang diyakini lebih tinggi, karena banyak korban tidak mengajukan pengaduan pidana ke polisi, sebagian besar karena ketidakpercayaan mereka pada penegak hukum.

Baca Juga: Terungkap! Kuliner Ini Dibuat dari Serbuk Gergaji, Setelah 20 Tahun

Durmus Yildirim, ketua ATIB, salah satu organisasi Muslim Turki terbesar di Jerman, mengkritik politisi populis sayap kanan karena memicu kebencian dan diskriminasi terhadap imigran dan Muslim.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI