Suara.com - Pemerintah Turki memperketat syarat penerbangan internasional bagi warga negara asing yang ingin datang ke sana.
Maskapai pelat merah Turkish Airlines mewajibkan semua penumpang penerbangan internasional untuk menunjukkan hasil tes PCR negatif yang diperoleh dalam 72 jam terakhir sebelum naik pesawat.
"Atas permintaan Kementerian Kesehatan kami, semua penumpang yang datang dari luar negeri mulai 28 Desember akan diminta menunjukkan hasil tes PCR negatif yang diperoleh dalam 72 jam terakhir sebelum naik, sebagai upaya Turki melawan Covid-19," tulis CEO Turkish Airlines, Bilal Eksi di Twitter, dilansir Anadolu Agency.
Turki sejak Minggu malam melarang penerbangan dari Inggris, Denmark, Belanda, dan Afrika Selatan untuk sementara waktu karena varian virus korona yang menyebar dengan cepat.
Baca Juga: Libur Nataru, Bandara Ngurah Rai Sediakan 2 Posko Rapid Test Antigen
Penerbangan antara Turki dan Belanda dilanjutkan pada Rabu, sementara larangan masih berlaku pada penerbangan dari negara lain.
Sementara itu, Turkish Airlines melakukan penerbangan untuk memulangkan warganya dari Inggris pada Jumat.
Turki Bocorkan Efektivitas Vaksin Sinovac
Sebelumnya diberitakan, peneliti Turki melaporkan hasil sementara uji klinis vaksin Sinovac yang tengah dilakukan.
Dilansir ANTARA, vaksin COVID-19 China yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech memiliki efektivitas sebesar 91.25 persen.
Baca Juga: Varian Baru Covid-19: Turki Larang Penerbangan dari Inggris
Hasil tersebut kemungkinan jauh lebih lebih baik dari yang dilaporkan usai uji coba terpisah yang dilakukan di Brasil.
Para periset Turki mengatakan pada Kamis (24/12) bahwa tak ada efek samping serius yang muncul pada masa uji coba, selain satu orang yang menunjukkan reaksi alergi.
Uji coba di Turki dimulai pada 14 September, dan para periset mengatakan sebanyak 1.322 orang telah berpartisipasi.
Sinovac merupakan perusahaan pembuat vaksin asal China pertama yang merilis keterangan rinci dari uji klinis tahap-tahap akhir, menyusul hasil-hasil positif menyangkut vaksin buatan rival Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca pada November.
Para periset Turki, yang berbicara bersama Menteri Kesehatan Fahrettin Koca, mengatakan bahwa 26 dari 29 orang yang terinfeksi pada masa uji coba diberikan placebo. Mereka menambahkan bahwa uji coba akan terus berlanjut hingga 40 orang menjadi terinfeksi.
"Sekarang ini kami yakin bahwa vaksin ini efektif dan aman (untuk digunakan) terhadap warga Turki," kata Koca. Ia juga mengatakan bahwa Ankara akan menggunakan data itu sebagai dasar untuk perizinan vaksin.