Suara.com - Pergerakan masyarakat sangat menentukan jumlah peningkatan kasus Covid-19. Karena itu setiap kali ada libur panjang, angka penambahan infeksi baru di sejumlah daerah cenderung meningkat.
Dari penelitian yang dilakukan Universitas Indonesia (UI) ditemukan bahwa di DKI Jakarta sendiri, PSBB tahap awal pada Maret-April lebih efektif menekan penularan Covid-19 dibanding PSBB transisi dan PSBB tahap dua pada September.
"Memang paling efektif untuk mengurangi kasus saat PSBB pertama yang sangat ketat, di mana mobilitas memang turun sampai minus 50. Kemudian diikuti PSBB kedua minus 30 persen," jelas peneliti UI dr. Damar Susilaradeya, M.Res. Ph.D., dalam konferensi pers virtual, Senin (21/12/2020).
Kebijakan mengenai bekerja, sekolah, dan beribadah dari rumah juga dianggap berhasil menekan pergerakan masyarakat hingga 35 persen.
Baca Juga: Jenis Baru Virus Corona di Inggris yang Menular Cepat Ditemukan di Australia
Namun Damar menyampaikan, penekanan jumlah infeksi baru hanya berdampak -1.804 kasus, lebih sedikit dari PSBB tahap kedua yang bisa menekan penambahan kasus hingga -35.527 kasus.
"Sedangkan efek PSBB transisi 1 dan 2 memang bisa melandaikan kurva, tapi tidak menurunkan (penambahan kasus). Apalagi libur panjang itu bahaya sekali meningkatkan kasus sangat pesat," ujarnya.
Damar menyampaikan bahwa untuk menurunkan jumlah infeksi Covid-19, diperlukan kebijakan yang bisa membatasi pergerakan masyarakat beraktivitas di luar rumah. Saat ini mobilitas masyarakat DKI Jakarta masih diangka -16 persen. Sedangkan mobilitas di provinsi lain sudah kembali seperti belum ada pandemi.
Hal serupa disampaikan dosen Kesehatan Masyarakat UI yang juga peneliti Sinergi Mahadata UI dr. Iwan Ariawan. MSFH. Ia menjelaskan, secara epidemiologi kebijakan PSBB terbukti akan mengendalikan jumlah kasus baru Covid-19.
Namun, pembatasan wilayah itu tidak akan bermanfaat jika tidak diikuti dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan dan tes lacak isolasi yang harus dilakukan setelah PSBB dilonggarkan.
Baca Juga: Pengakuan Gibran Jokowi Soal Namanya di Pusaran Korupsi Bansos Covid-19
"Jadi kalau kita PSBB kemudian penerapan protokol kesehatannya, tes lacak isolasinya setelah PSBB sama saja, ya akan percuma. Nanti akan naik lagi sehingga harus PSBB lagi, gak beres-beres," ucap Iwan.
Menurutnya, masih jadi pekerjaan rumah bersama untuk meningkatkan ketaatan protokol kesehatan oleh masyarakat dan tes lacak isolasi.
"Pesannya bukan cuma 3M, tapi jangan keluar rumah kecuali memang untuk kegiatan esensial karena kondisi wabah belum terkendali dan sekarang makin meningkat. Jadi kalau orang perlu keluar karena harus bekerja, bisa dilakukan dengan protokol kesehatan. Tapi kalau ngopi-ngopi dengan teman itu jangan dulu," ucapnya.