Riset: Aplikasi Belanja, Hiburan, dan Pendidikan Tumbuh Pesat Saat Pandemi

Selasa, 15 Desember 2020 | 19:34 WIB
Riset: Aplikasi Belanja, Hiburan, dan Pendidikan Tumbuh Pesat Saat Pandemi
Ilustrasi online Shop / belanja online (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 membawa peruntungan tersendiri bagi sejumlah industri. Riset mengatakan, sejumlah industri seperti belanja online dan pendidikan tumbuh pesat saat pandemi.

Laporan AppsFlyer, salah satu pelaku atribusi iklan global menunjukkan terdapat pertumbuhan nilai ekonomi aplikasi mobile yang signifikan di Indonesia terutama dalam hal installs, in-app spend, user retention, marketing.

Dalam risetnya, 813 juta install tercatat di Indonesia pada Januari-September 2020, termasuk 16 miliar sesi pembukaan aplikasi dan 460 juta konversi dari proses remarketing.

Studi ini juga meliputi sedikitnya 2.250 aplikasi dengan angka 1.000 penginstalan Non-Organik (NOI) per bulan.

Baca Juga: Belanja Online Tapi Barang Lama Sampai, Komplain Orang Ini Bikin Ngakak

Sementara, install organik mengalami pertumbuhan tinggi di kategori Keuangan (+241 persen), Hiburan (+72 persen), Pendidikan (+33 persen) dan Belanja (+29 persen) dalam kurun periode yang sama. Install aplikasi ini secara umum mencapai puncaknya pada bulan Maret 2020.

Pertumbuhan ini sejalan dengan tren pertumbuhan ekonomi internet Indonesia yang diperkirakan akan mencapai nilai 124 miliar dolar AS pada tahun 2025 dari sebelumnya 44 miliar dolar AS pada tahun 2020.

Tak hanya itu, nilai transaksi belanja iklan aplikasi mobile juga diperkirakan berlipat ganda menjadi 783,9 dolar AS pada 2024, atau melonjak 99.1 persen dari nilai 393,7 juta dolar AS pada bulan Oktober 2020.

“Selama pandemi ini banyak orang Indonesia bergantung pada aplikasi mobile untuk kehidupan sehari-hari mereka,” ujar President dan Managing Director untuk APAC, AppsFlyer, Ronen Mense dalam pernyataannya secara virtual, Selasa (15/12/2020).

Lebih lanjut Mense mengatakan ketersediaan dan aksesibilitas terhadap berbagai kategori aplikasi sedikit banyak membantu kehidupan masyarakat di tengah pandemi. Namun hal ini juga para pengembang aplikasi dan marketer harus berupaya ekstra dalam menghadapi persaingan yang ketat di pasar aplikasi.

Baca Juga: Cuma Modal Pulpen, Aksi Penjual Olshop Tipu Pembeli Ini Bikin Emosi

Dengan install aplikasi yang bertumbuh, laporan ini menunjukan tingkat retensi yang sedikit lebih rendah karena konsumen memiliki akses terhadap pilihan yang bervariasi. Tingkat retensi selama 30 hari pada tahun 2020 turun menjadi 3 persen dari 4 persen tahun lalu, bersamaan dengan meningkatnya install secara keseluruhan.

Namun begitu, laporan AppsFlyer juga menampilkan fakta meningkatnya ad fraud, yang tercermin dari nilai volume fraud pertahun di Indonesia yang diperkirakan melampaui lebih dari 150 juta dolar AS.

Ad Fraud adalah hal yang serius, terutama bagi aplikasi populer, karena 10 persen dari NOI beberapa aplikasi terbesar di Indonesia (dalam hal popularitas) memiliki tingkat fraud mencapai 30 persen. Tingkat ad fraud tertinggi terdapat dalam kategori aplikasi keuangan, pendidikan, makanan & minuman serta belanja.

“Peningkatan persaingan juga menekankan pentingnya user acquisition dan insentif remarketing karena tingkat retensi yang rendah pada tahun ini. Data menunjukkan remarketing menjadi prioritas utama bagi para marketer mempertahankan pelanggan,” jelas Senior Customer Success Manager untuk SEA, AppsFlyer, Luthfi Anshari.

Laporan ini juga menyoroti beberapa hal menarik tentang pola kebiasaan masyarakat mobile Indonesia. Karena, selama beberapa bulan kedepan, para marketer juga perlu untuk memahami dampak dari remarketing terhadap akuisisi dan retensi user.

“Karena hal ini sehubungan dengan pembatasan sosial yang mulai dilonggarkan dan ekonomi secara bertahap mulai bangkit, periode liburan akhir tahun juga akan memainkan peran penting dalam install aplikasi dan memunculkan persaingan sengit,” tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI