Suara.com - Pandemi Covid-19 masih melanda seluruh dunia. Namun, beberapa negara disebut telah berhasil mengendalikan situasi pandemi, dan orang-orang di sana telah kembali ke kehidupan yang normal selama beberapa waktu. Salah satunya adalah Taiwan.
Negara berpenduduk sekitar 23,6 juta jiwa ini hanya memiliki total 720 kasus Covid-19 dengan angka kematian hanya 7. Inilah yang membuat Taiwan dikatakan berhasil mengatasi pandemi, karena penduduknya sudah kembali ke kehidupan normal seperti sebelum pandemi.
Ya, kita semua tentu bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa melakukannya? Jawabannya relatif sederhana, yakni kebijakan yang ketat. Itulah yang dibagikan oleh pengguna Twitter @thatalicewu baru-baru ini.
Dilansir dari Bored Panda, dalam sebuah utas di Twitter, perempuan tersebut mengatakan jika dirinya baru saja melakukan perjalanan ke Taiwan dan memutuskan untuk membagikan pengalamannya selama berada di sana.
Baca Juga: Cinta Sejati! Viral Suami Gendong Istri ke TPS karena Susah Jalan
Utas perempuan itu yang bercerita mengenai langkah-langkah Taiwan menangani situasi Covid-19 dengan cepat menjadi viral dan saat ini memiliki hampir 43 ribu likes dan lebih dari 13 ribu retweet.
Perempuan bernama Alice itu menyebut bahwa pemerintah negara tersebut akan melacak semua orang yang datang ke negara itu melalui ponsel mereka. Setelah melewati bandara, setiap pelancong akan disediakan mobil "aman COVID" yang mengantarkan mereka ke rumah atau hotel untuk karantina selama dua minggu.
"Setelah melewati bagian imigrasi dan bagasi, kami diharuskan untuk menumpang mobil keamanan "covid-safe" yang disetujui pemerintah ke hotel tempat kami karantina. (Jika Anda orang lokal, Anda dapat mengisolasi diri di rumah.) Tidak meninggalkan kamar (atau rumah) selama 15 hari Bukan untuk jalan-jalan - tidak ada," tulisnya.
Saat seseorang dikarantina di hotel, semua makanan ditinggalkan di luar pintunya. Tidak ada kontak langsung dengan siapa pun. Selain itu, setiap hari, seseorang menerima telepon dari departemen kesehatan yang memeriksa kesehatan mereka. Setelah 15 hari dalam isolasi, orang itu bebas untuk pergi.
Dan karena kebanyakan orang akan secara sukarela mendaftar untuk pelacakan kontak, jadi jika ada yang memutuskan untuk tidak melakukan karantina, pemerintah akan melihat pergerakan mereka dan orang tersebut dapat didenda dan membayar sejumlah besar uang.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Daftar 15 Negara dengan Kasus Infeksi Tertinggi
"Kapanpun jika Anda melanggar karantina yang dapat mereka ketahui dari pergerakan ponsel Anda, Anda dapat didenda 10-30 ribu. Mereka cukup serius dalam hal ini. Kemudian lagi, mereka tidak memiliki kasus dalam 200 hari. Dan setiap orang telah menjalani hidup mereka dengan bebas sejak Februari," tulisnya lagi.
Dan bahkan dengan situasi yang sebagian besar sudah beres, orang-orang di Taiwan masih dengan sukarela memilih untuk memakai masker di tempat umum, untuk berjaga-jaga.
"Saya kira ini bisa menjadi hidup kita juga," tambah perempuan itu
Kisah yang menginspirasi inipun mendapat berbagai komentar dari warganet. Namun, tak semuanya menanggapi hal ini secara positif, karena menurut banyak warganet, cara tersebut telah merampas kebebasan tiap orang.
"Kedengarannya seperti sistem yang sangat efisien untuk menangani pandemi yang memungkinkan orang melanjutkan hidup mereka. Jika Barat akan mencoba ini, sebagai gantinya mereka akan mengeluh "kebebasan !!!" bukankah itu menarik," cuit @myenimtown.
"Sepupu saya dan istrinya tinggal di sana, selama berbulan-bulan saya iri dengan bukti fotografis tentang tanggapan yang kompeten (dari pemerintah)," kata @adwyer924.
"Terima kasih telah memberi kami gambaran sekilas tentang memasuki Taiwan dan bagaimana mereka berhasil mengendalikan pandemi secara wajar," tulis @Silklink.