Mengenal Desa Adat Sade Lombok yang Terkenal Karena Tradisi Kawin Lari

Jum'at, 11 Desember 2020 | 08:30 WIB
Mengenal Desa Adat Sade Lombok yang Terkenal Karena Tradisi Kawin Lari
Mengenal Desa Sade Lombok yang Terkenal Karena Tradisi Kawin Lari (Suara.com/ Manuel Jeghesta)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Akan tetapi, anak perempuan di Desa Sade juga tidak bisa langsung menikah meski sudah dewasa. Adat setempat mewajibkan anak perempuan wajib bisa menenun baru diperbolehkan menikah.

Mengepel Lantai Dengan Kotoran Sapi
Selain tradisi culik-menculik, Suku Sasak juga masih menjaga tradisi leluhur yakni mengepel lantai dengan menggunakan kotoran sapi yang masih hangat.

Mereka memercayai, kotoran sapi berfungsi sebagai perekat seperti pengganti semen. Kotoran sapi akan dicampur dengan air agar volumenya lebih banyak dan menjadi lebih licin.

"Dulu tidak ada semen jadi orangtua kami inisiatif pakai kotoran sapi. Ini dilakukan seminggu sekali. Kenapa yang masih hangat agar tidak terlalu bau. Itu dipel menggunakan tangan langsung," cerita Amak Vano.

Memenuhi Kebutuhan Pangan
Untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, penduduk desa yang sudah memeluk agama Islam ini rupanya tidak membeli dari luar. Sebagian besar masyarakatnya memilih untuk bertani dan menenun.

Mengenal Desa Sade Lombok yang Terkenal Karena Tradisi Kawin Lari (Suara.com/ Manuel Jeghesta)
Mengenal Desa Sade Lombok yang Terkenal Karena Tradisi Kawin Lari (Suara.com/ Manuel Jeghesta)

Mayoritas laki-laki bertani dan perempuan membuat kerajinan tangan sebagai cinderamata. Sedangkan perempuan berumur lanjut kebanyakan melakukan kegiatan memintal benang.

"Panen kami di sini sekali dalam setahun. Tidak ada irigasi hanya mengandalkan hujan dan tidak di jual keluar. Untuk tambahan membuat tenun," ungkap Amak Vano.

Sebagai informasi, penduduk Suku Sasak menjual kerajinan tangan berupa gelang dengan harga Rp 10 ribu. Untuk kain tenun sendiri harganya sangat bervariasi dan dijual dengan harga mulai dari Rp 100 ribu. Untuk wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Sade saat berkunjung ke Pulau Lombok, tidak perlu ragu.

Desa yang masih memegang teguh adat istiadatnya ini cukup dekat dari Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid. Jarak tempuhnya hanya 20 menit dari Bandara. Untuk masuk ke desa wisata ini, pengunjung tidak dipungut biaya alias gratis.

Baca Juga: Hari Raya Galungan, Desa Adat Legian Perketat Protokol Kesehatan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI