Suara.com - United Nations World Food Programme mendapatkan kehormatan untuk menerima Nobel Peace Prize pada 10 Desember 2020. Penghargaan itu diberikan dalam sebuah seremoni yang mengakui peran WFP dalam memerangi kelaparan dan mendorong perdamaian di daerah-daerah yang terkena dampak konflik, dan upaya untuk mencegah kelaparan sebagai senjata perang.
“Setiap satu dari 690 juta orang yang kelaparan di dunia saat ini memiliki hak untuk hidup damai tanpa kelaparan. Hari ini, Norwegian Nobel Committee telah mengarahkan perhatian global pada mereka dan konsekuensi konflik yang menghancurkan” kata Direktur Eksekutif WFP David Beasley.
Penghargaan Nobel diberikan saat kelaparan kembali mengancam jutaan orang, terutama di empat negara yang terkena dampak konflik – Yaman, Sudan Selatan, Nigeria (Timur Laut) dan Burkina Faso.
Seperti yang dicatat oleh Komite Nobel, konvergensi konflik yang mengkhawatirkan, kelaparan, dan pandemi Covid-19 telah mendorong meningkatnya kelaparan dan pendanaan untuk memberantasnya.
Baca Juga: Studi: Kesepian dan Kelaparan Hasilkan Respons Serupa di Otak
“Di Indonesia, pekerjaan WFP berfokus untuk mendukung Pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan dan gizi sehingga menciptakan perdamaian dan martabat” kata Christa Räder, Country Representative WFP Indonesia.
“Kami bangga menjadi mitra Indonesia dalam upaya menuju SDG 2, yakni tanpa kelaparan, terutama pada kondisi saat ini, ketika COVID-19 menyebabkan banyak tantangan kesehatan dan ekonomi.”
Terlepas dari banyak tantangan tahun ini, WFP bertujuan untuk mencapai rekor 138 juta orang secara global dengan bantuan makanan dan peningkatan gizi terbesar dalam sejarah.