Suara.com - Teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan memang sedang menjadi trending topik belakangan ini. AI kini digunakan di berbagai bidang, termasuk sektor kesehatan dalam bentuk asuransi.
AI adalah simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang diprogram untuk berpikir seperti manusia dan meniru tindakannya.
Dinisiasi Allianz Indonesia, AI dimanfaatkan untuk mendeteksi dini kecurangan atau penipuan (fraud) dalam proses klaim.
Menggunakan AI, Allianz mampu menganalisa lebih dari 7.500 pengajuan klaim setiap bulannya, mampu menganalisa dua kali lebih cepat daripada analisa manual.
Baca Juga: Adira Insurance Beberkan Strateginya Bisa Tumbuh di Masa Pandemi
"Saat ini kami dapat mendeteksi kasus klaim terkait aktivitas fraud dengan akurasi AI lebih dari 80 persen. Hasilnya, kami dapat mempercepat seluruh proses klaim nasabah yang dinyatakan wajar dan memberikan pengalaman yang lebih baik ke Nasabah," ungkap Alexander Kurth, Chief Data Officer, Allianz Life Indonesia.
Proses deteksi penipuan dengan AI ini bekerja satu paket saat nasabah melakukan klaim asuransi.
Mengingat tidak hanya dialami Allianz tapi juga penyedia asuransi kesehatan lain, di mana para nasabah memandang proses pengajuan klaim dianggap lamban.
Mengingat saat klaim asuransi dilakukan secara manual, klaim asuransi baru bisa dibayarkan setelah tujuh hari kerja. Sedangkan menggunakan AI, 95 persen dari proses klaim bisa dilakukan dalam waktu 48 jam.
Hingga Oktober 2020, Allianz Indonesia telah membayarkan sebanyak 150.000 kasus klaim, dengan total nilai klaim lebih dari 490 miliar rupiah.
Baca Juga: Akulaku dan Equity Life Tawarkan Asuransi Covid-19
Menurut data dari Allianz, sejak menggunakan AI pada 2019 lalu, kepuasan nasabah mengalami peningkatan rating 4.4 dari rating 5.0 berdasarkan customer satisfaction score terhadap layanan klaim asuransi kesehatan Allianz Indonesia.
Nantinya tidak hanya untuk klaim asuransi kesehatan tapi AI juga akan diterapkan pada sektor bisnis lainnya.
"Dengan melakukan semua hal tersebut, perusahaan bisa menekan pengeluaran untuk pembayaran klaim fiktif dan meningkatkan cost efficiency, sehingga iklim bisnis perusahaan bisa tetap terjaga dan kondusif," tambah Alex.