Suara.com - Topik mengenai keuangan masih sering dianggap tabu di masyarakat. Maka tidak heran jika literasi keuangan di masyarakat Indonesia relatif rendah, tidak terkecuali di kalangan milenial.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kristianti Puji Rahayu, dalam keterangannya yang diterima Suara.com, Kamis, (3/12/2020), mengatakan literasi keuangan di kalangan milenial saat ini masih terbilang rendah.
Riset dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, kalangan milenial usia 18-25 tahun hanya memiliki tingkat literasi sebesar 32,1 persen, sedangkan usia 25-35 tahun memiliki tingkat literasi sebesar 33,5 persen.
Hasil survei literasi keuangan OJK tahun 2019, hanya 6 persen masyarakat yang memiliki dana pensiun, selebihnya menggantungkan kepada ahli waris.
Baca Juga: GenBI Unhas Ajak Milenial Melek Investasi
"Kalau lihat hasil survey ini, gapnya masih tinggi," ujar Kristianti.
Investment Storyteller/Influencer, Felicia Putri Tjiasaka tidak menyangkal kondisi itu. Ia menambahkan, rendahnya literasi keuangan tidak lepas dari belum optimalnya edukasi yang selama ini ada.
"Karena dari kecil, di keluarga atau di sekolah agak tabu ngomongin soal uang, investasi. Malah pas sekolah, orang tua itu ketika ditanya penghasilan berapa itu malah bad mood. Inilah, karena memang nggak dibiasain," ujar Felicia di kesempatan sama.
Meski begitu, seiring perkembangan teknologi saat ini edukasi soal literasi keuangan dan investasi sudah semakin mudah ditemui.
"Melalui internet sekarang sudah banyak informasinya," imbuhnya.
Baca Juga: 4 Hal Soal Perencanaan Keuangan yang Harus Diketahui Perempuan
Dalam mengelola keuangan dengan investasi itu, Felicia mengatakan, mesti terlebih dahulu membangun pondasi yang kuat. Yaitu berupa, dana darurat dan asuransi.
"Investasi juga harus fair, kalau siap untung tinggi juga harus siap kalau turun drastis," kata dia.
Sementara itu, Wealth Advisory Head, Citibank N.A. Indonesia, Emilllya Soesanto menambahkan, setidaknya ada empat kategori investasi yang bisa jadi pilihan.
Dia membeberkan, imbal hasil (return) selama 10 tahun terakhir ini, rata-rata return per aset investasi meliputi IHSG sebesar 9,76 persen, obligasi 8,17 persen, emas 6,7 persen dan deposito 6,31 persen.
"Prosesnya memang grade by grade. Investasi apa yg tepat untuk memulai, untuk milenial ini, basicnya ada 2 obligasi dan reksadana," kata praktisi keuangan yang telah berpengalaman selama 15 tahun itu.