Jadi Barbuk Kasus Edhy Prabowo, Kisah Kejam di Balik Mewahnya Tas Hermes

Kamis, 26 November 2020 | 16:17 WIB
Jadi Barbuk Kasus Edhy Prabowo, Kisah Kejam di Balik Mewahnya Tas Hermes
Ilustrasi gerai Hermes. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Edhy Prabowo ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka dalam kasus suap perizinan tambak, usaha dan atau pengelolaan perikanan atau komoditas perairan sejenis lainnya tahun 2020.

Dalam kasus terkait, KPK telah menyita berbagai barang mewah sebagai barang bukti, mulai dari jam Rolex, koper Louis Vuitton, hingga tas Hermes.

"Dari hasil tangkap tangan tersebut, ditemukan ATM BNI atas nama AF (Ainul Faqih), tas LV, Tas Hermes, Baju Old Navy, Jam Rolex, Jam Jacob n Co, Tas Koper Tumi dan Tas Koper LV," ungkap Wakil ketua KPK Nawawi Pomolango di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (25/11/2020) malam.

Salah satu barang bukti yang berhasil menarik perhatian publik adalah tas mewah dari brand Hermes.

Baca Juga: Jam Rolex Jadi Barang Bukti Kasus Edhy Prabowo, Berikut 4 Fakta Menariknya

Penyidik KPK menunjukkan barang bukti saat menggelar konferensi pers terkait penahanan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (25/11/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Penyidik KPK menunjukkan barang bukti saat menggelar konferensi pers terkait penahanan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (25/11/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Banyak orang berharap bisa memiliki tas Hermes. Bukan hanya untuk menunjukkan status sosial, melainkan juga dijadikan investasi jangka panjang.

Sayangnya, mungkin belum banyak yang tahu kalau produk-produk dibuat dengan melakukan penyiksaan hewan. Tahun 2015, kekejaman terhadap hewan dalam pembuatan tas Hermes diungkap organisasi perlindungan hewan, PETA (People for the Ethical Treatment of Animals).

Melansir Keepo.me, seorang anggota PETA yang menyamar berhasil mendapatkan bukti video kekerasan terhadap aligator dan buaya yang akan diambil kulitnya untuk dijadikan sejumlah produk merek asal Prancis itu.

Pengambilan gambar dilakukan di dua pabrik peternakan, yakni wilayah kota Texas, Amerika Serikat dan negara Zimbabwe.

"Kami mengambil 42 ribu kulit setiap tahunnya. Jadi kami adalah produsen kulit buaya terbesar di dunia. Kami menyuplai perusahaan di Prancis yaitu Hermes," ujar Direktur Operasional Padenga, Charles Boddy.

Baca Juga: Fakta Istri Edhy Prabowo yang Harta Kekayaannya Rp 7,1 Miliar

Video hasil investigasi memperlihatkan jika hewan-hewan malang itu dipelihara di lingkungan tidak sehat. Mereka disimpan di sebuah kolam dari beton yang airnya penuh dengan kotoran.

Kekejaman berlanjut saat hewan-hewan itu akan diambil kulitnya. Tampak buaya dan aligator langsung ditusuk dengan pisau dalam keadaaan yang sepertinya masih hidup.

Dikutip dari situs Mirror, masih dilansir dari Keepo.me, hal tersebut dilakukan karena alat penyetrum yang biasanya digunakan untuk melumpuhkan mereka tidak bisa ditemukan.

Ilustrasi buaya. (Pixabay/gayulo)
Ilustrasi buaya. (Pixabay/gayulo)

Setelah itu, mereka terlihat dilempar ke dalam sebuah tangki es yang penuh darah. Tubuh hewan-hewan itupun masih terlihat bergerak-gerak. Artinya, ada kemungkinan mereka masih hidup dan sedang menderita.

"Orang-orang membayar ratusan poundsterling untuk aksesori itu, tapi reptil dalam pabrik yang kejam dan menjijikkan ini harus membayar harga yang paling nyata. Pengungkapan PETA terhadap penyediaan Hermes di Amerika Serikat dan Afrika mengungkapkan bahwa dalam setiap jam tangan Hermes dan tas Birkin berarti ada makhluk yang mengalami kehidupan menyedihkan," kata direktur PETA, Mimi Bekhechi.

PETA tentu berharap Hermes berhenti menggunakan kulit buaya sebagai material dari produknya. Namun jika tidak bisa, disarankan agar para pekerja memastikan hewan-hewan tersebut sudah mati sebelum disayat.

Sementara, soal tuduhan penyiksaan terhadap hewan tersebut, Hermes mengaku akan menindaklanjuti kasus itu jika terbukti ada yang menyalahi prosedur.

"Semua kulit yang digunakan Hermes bersumber dari peternakan di mana Hermes menuntut kondisi pertanian terbaik yang sesuai dengan peraturan internasional. Aturan-aturan ini dibuat di bawah naungan PBB yang bermanfaat bagi perlindungan buaya. Hermes terus melakukan verifikasi terhadap semua prosedur. Setiap oknum akan ditangani dan dikenakan sanksi," ungkap salah satu juru bicara Hermes.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI