Suara.com - Berita mengejutkan datang dari Meghan Markle. Istri Pangeran Harry ini mengungkapkan bahwa dia sempat mengalami keguguran pada bulan Juli lalu.
Dilansir CNN, dalam sebuah opini untuk New York Times, Duchess of Sussex menulis bahwa dia merasakan kram tajam saat mengganti popok anak pertamanya, Archie Harrison Mountbatten-Windsor.
"Aku jatuh ke lantai dengan dia dalam pelukanku, menyenandungkan lagu pengantar tidur untuk membuat kami berdua tetap tenang, nada ceria sangat kontras dengan perasaanku bahwa ada sesuatu yang tidak beres," tulis Meghan.
Mantan aktris dan anggota keluarga kerajaan Inggris ini menggambarkan kesulitan kehilangan anak keduanya.
Baca Juga: Saat Kelahiran Archie, Pangeran William Sempat Kesal Pada Harry dan Meghan
"Aku berbaring di ranjang rumah sakit, menggandeng tangan suamiku. Aku merasakan kelembutan di telapak tangannya dan mencium buku jarinya, basah dari kedua air mata kami. Menatap dinding putih dingin, mataku berkaca-kaca. Aku mencoba membayangkan bagaimana kami akan sembuh," tulisnya.
"Duduk di ranjang rumah sakit, menyaksikan patah hati suamiku saat dia mencoba memegang kepalaku, aku menyadari bahwa satu-satunya cara untuk mulai sembuh adalah dengan bertanya, 'Kamu baik-baik saja?'" Tulis Meghan.
"Kehilangan anak berarti membawa kesedihan yang hampir tak tertahankan, dialami oleh banyak orang tetapi dibicarakan oleh sedikit orang," katanya.
Sekitar 10 persen dari semua kehamilan berakhir dengan keguguran, menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, sosok yang dirujuk Meghan dalam tulisannya. Tetapi banyak wanita enggan membicarakan pengalaman mereka dengan siapapun karena malu atau takut akan diskriminasi.
"Terlepas dari kesamaan rasa sakit yang mengejutkan ini, percakapan tetap tabu, penuh dengan rasa malu (yang tidak beralasan), dan melanggengkan siklus berkabung itu sendiri," tulis Meghan.
Baca Juga: Pangeran Harry dan Meghan Markle Peringati Remembrance Day di Amerika
Karena hampir 80 persen keguguran terjadi pada trimester pertama, wanita sering didorong untuk merahasiakan kehamilan mereka hingga setidaknya 12 minggu.
Ipar Pangeran William tersebut juga merujuk dampak pandemi pada manusia dan gerakan melawan rasisme struktural dan kebrutalan polisi yang telah terjadi pada tahun ini.
"Kesehatan dengan cepat beralih ke penyakit. Di tempat-tempat yang dulu ada komunitas, sekarang ada perpecahan," tulisnya.
Dan dia merujuk pada penyebaran informasi yang salah, khususnya setelah pemilu AS 2020.
"Kami tidak hanya memperebutkan opini kami tentang fakta; kami terpolarisasi mengenai apakah fakta tersebut, sebenarnya benar-benar fakta? Kami berada di keraguan tentang apakah sains itu nyata. Kami berselisih tentang apakah pemilu dimenangkan atau dikalahkan," tulisnya lagi.
"Sebanyak mungkin kita tidak setuju, sejauh mungkin secara fisik, kenyataannya adalah bahwa kita lebih terhubung dari sebelumnya karena semua yang kita alami secara individu dan kolektif tahun ini," pungkasnya.