Suara.com - Indonesia sempat memiliki ikon acara menggambar di televisi pada tahun 1990-an. Ia adalah Pak Tino Sidin atau akrab disapa Pak Tino. Pria yang lahir di Kota Bukit Tinggi, Sumatera Utara itu mulai ramai dikenal publik sejak menjadi pembawa acara 'Gemar Menggambar' yang ditayangkan TVRI pada era 1980-an setiap Minggu sore.
Program acara itu mengajarkan anak berbagai hal penting dalam bidang seni menggambar. Pak Tino menanamkan pemahaman kepada anak-anak bahwa menggambar itu mudah. Acara itu juga memungkinkan anak-anak untuk mengirimkan karyanya ke acara tersebut, dan di akhir acara Pak Tino Sidin akan memperlihatkan semua karya yang masuk, sambil berkata "Bagus!"
Sebelum muncul di televisi, Pak Tino lebih dulu menjadi guru gambar di kampung halamannya sejak tahun 1960-an. Baginya, menggambar merupakan perpaduan antara garis-garis lurus dan garis-garis lengkung.
Lahir pada 25 November 1925, Pak Tino dianggap turut berjasa dalan memperjuangkan kemerdekaan. Walaupun masih minim catatan mengenai kisah perjuangan Pak Tino pada masa melawan penjajah.
Baca Juga: Peringati 95 Berkarya, Museum Taman Tino Sidin Gelar Pameran Lukisan
Museum Taman Tino Sidin di Yogyakarta dibangun sebagai bentuk apresiasi atas karya dan jasa Pak Tino Sidin dalam memperjuangkan kemerdekaan, pendidikan seni, dan budaya.
Museum itu diresmikan oleh Muhamad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, pada 14 Oktober 2014. Kemudian pada 14 Desember 2017, Menteri Pendidikan Muhadjir Effendi meresmikan patung Pak Tino di Museum tersebut.
“Mudah-mudahan museum yang sudah dibangun ini akan memberi insipirasi, menjadi tempat bermain siapa saja, untuk bergemar apa saja, untuk berkreasi, dan mengembangkan dirinya terutama untuk anak-anak kita,” kata Muhadjir saat itu, dikutip dari situs resmi Kemendikbud, Rabu (25/11/2020).
Dalam museum Taman Tino Sidin, dipajang berbagai karya lukis Pak Tino. Selain itu juga terpajang dua lukisan karya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan karya lain dari para seniman. Seperti Dyan Anggraini Hutomo, Laretna T. Adhisakti, AC Andre Tanama, Andi Purnawan Putra, Edduard (Edo Pop), Heri Dono, Jumaldi Alfi, M. Dwi Marianto, Nasirun, Otok Bima Sidarta, Putu Sutawijaya, Sudarisman, Sudarwoto, Susilo Budi Purwanto , Ugo Untoro, dan Yuswantoro Adi.
Pak Tino kemudian meninggal di Jakarta pada 29 Desember 1995. Meski begitu, jejak pelajaran menggambar beliau masih terus terekam, terutama oleh anak-anak di era 1980-an.
Baca Juga: Jadi Tema Google Doodle, Ini Sekilas Karier Seniman Betawi Benyamin Sueb