Suara.com - Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak bagi sektor kesehatan. Tapi juga berbagai sekor, salah satunya pariwisata.
Pembatasan Sosial Berskala Besar untuk mencegah penularan virus corona, memaksa banyak orang sulit untuk pergi ke destinasi wisata. Tentu saja, dampaknya pada penurunan angka wisatawan, baik dalam maupun luar negeri.
Bahkan, dalam acara diskusi “Jurnalisme Pariwisata di Era New Normal, yang diadakan, Jumat, (20/11/2020), di Hotel Milenium Sirih, Juru Bicara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Prabu Revolusi, menyebut bahwa penurunan angka wisatawan di Indonesia hingga mencapai 80 persen.
"Jadi sektor pariwisata itu salah satu yang paling terdampak. Kenapa, karena semua orang engga boleh gerak dan harus di rumah. Kalau engga ada pergerakan (wisatawan) otomatis mati sektor pariwisata," ujar Prabu.
Baca Juga: Terdampak Pandemi, 200 Restoran di Makassar Akan Dapat Bantuan Kementerian
Kini setelah lebih dari sepuluh bulan pandemi berlangsung, Kemenparekraf berupaya untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan agar bisa kembali mengunjungi sejumlah destinasi wisata. Tentunya, ada sejumlah hal yang mesti dipersiapkan.
Salah satunya ialah dengan melakukan sertifikasi Sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety & Environment) atau Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan.
Kepala Biro Komunikasi, Agustini Rahayu adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha pariwisata, usaha/fasilitas lain terkait, lingkungan masyarakat, dan destinasi pariwisata.
"Sertifikasi CHSE ini berfungsi untuk sebagai jaminan kepada wisatawan dan masyarakat bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan," ujar Rahayu.
Dalam situs CHSE disebutkan bahwa saat ini telah ada 7.541 usaha pariwisata yang telah mendapatkan sertifikasi ini di 307 kabupaten dan Kota, serta 34 provinsi. Lebih jauh, Rahayu mengatakan, bahwa program sertifikasi ini ialah salah satu upaya untuk kembali meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap destinasi wisata sambil tetap menjaga protokol kesehatan.
Baca Juga: Festival Subayang, Cara Lestarikan Kearifan Lokal Riau dari Tepian Sungai