Suara.com - Karena banyaknya penggemar, restoran makanan Jepang banyak menjamur di Indonesia. Tidak hanya berkonsep restoran, gerai Japanese Street Food juga kerap mendominasi jajanan kaki lima di pinggir jalan.
Tapi sangat sedikit jajanan kaki lima yang benar-benar menyajikan Japanese Street Food sesungguhnya. Itulah alasan kehadiran gaerai Gachi, yang dalam bahasa Jepang berarti totalitas atau serius.
Sehingga makanan Jepang yang disajikan di Gachi, meski berkonsep street food, diklaim tidak kaleng-kaleng atau dibuat asal-asalan.
"Misalnya bikin chicken katsu, tepungnya lebih banyak dibanding chickennya. Jadi semua menu yang dihadirkan di sini tidak main-main, bikin proporsinya oke dan rasanya berkualitas," ujar Owner Gachi, Andy Tjiu dalam acara soft launching, baru-baru ini.
Baca Juga: Beli Menu Promo, Gadis Ini Kesal Dianggap Miskin oleh Pelayan Restoran
Berada di Jalan Merawan, Cilobak Raya, Pangkalan Jati, Cinere, Depok, Jawa Barat, Gachi bukan tempat makan berkonsep restoran.
Gachi tidak menerima dine in atau makan di tempat, melainkan jajanan yang bisa dibeli secara delivery order atau take away untuk dibawa pulang.
Menurut Andy, dari kacamata bisnis Gachi memang terkesan cloud kitchen, yaitu dapur bersama yang menyatukan berbagai brand makanan dalam satu tempat. Sehingga nantinya dari katsu, ramen, yakitori, hingga rice bowl akan dimasak di dapur yang sama.
"Tujuannya adalah mendominasi pasar di satu area untuk masakan Jepang, dan yang pasti saya ingin menggeser semua makanan Jepang yang menurut saya kurang bagus, karena kita akan berikan standar baru," terang Andy.
Sistem full delivery order atau take away ini menurut Andy, dipercaya sebagai bisnis anti-pandemi.
Baca Juga: Sudah Tahu? Ada Katsu Palsu dan Katsu Asli, Ini Bedanya
Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, bisnis kuliner berkonsep restoran jadi salah satu yang terdampak dan tidak ada yang bisa menjamin pandemi tidak akan kembali lagi.
Langkah ini juga diambil Gachi, karena berdasarkan data kian kemari tanah semakin mahal dan saat membuat restoran orang lebih pilih korbankan kitchen set mereka untuk tepat yang lebih luas. Sehingga konsep makan in out (take away atau delivery order) bakal semakin diminati.
Konsep in out ini juga meminimalisir kerugian dampak dari pandemi Covid-19, kareba pengunjung tidak harus datang ke restoran karena bisa dikirim.
"Ini salah satu gebrakan untuk bermain di pasar F&B berikutnya. Ke depannya (makan in out) Indonesia baru 27 persen, di Singapura udah 78 persen, di Australia sudah 82 persen, tiap tahun naik 5 persen. Jadi 2030 Indonesia pasti akan naik," tutur Andy.
Sementara itu, untuk minggu pertama Gachi baru meluncurkan menu yakitori, yaitu sate yang terdiri dari kulit dan daging ayam krispi, tapi tetap memberikan sensasi juicy di tekstur daging.
Untuk satu porsi, yakitori dijual seharga Rp 25.000 yang berisi 5 buah sate kulit dan daging, dengan ukuran yang terbilang besar dan puas.
Tidak hanya yakitori, di minggu selanjutnya menu akan ditambah secara bertahap seperti rice bowl, ramen, katsu dan seterusnya semua variasi menu Japanese Street Food yang banyak dikenal.