Suara.com - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengajak pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk memanfaatkan berbagai platform digital dalam menangani komunikasi krisis kepariwisataan saat pandemi.
Menurut Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf, Agustini Rahayu bahwa digitalisasi tidak bisa dihindari penggunaannya dalam melakukan komunikasi krisis.
Sebab, digitalisasi dapat mempermudah penyampaian pesan ke publik dengan lebih cepat dan aktual.
"Digitalisasi tidak bisa dihindari, dan kami ingin mendorong pelaku parekraf lebih mengaktifkan platform digital di dalam usahanya saat pandemi," ujar Agustini dalam penyataannya seperti dikutip dalam laman Kemenparekraf RI, Kamis (12/11/2020).
Baca Juga: Jamin Keamanan Wisatawan, Kemenparekraf Gelar Simulasi 3K di Objek Wisata
Menurutnya, dalam memaksimalkan digitalisasi untuk penanganan manajemen krisis ini juga diperlukan teknik tertentu.
Seperti selalu menganalisis apa yang sedang dibicarakan oleh publik di media sosial, hingga cara menyampaikan pesan yang menarik dan jelas.
"Penggunaan caption yang tidak terlalu panjang dan menarik juga akan sangat efektif untuk melakukan komunikasi yang baik. Itu bisa menjadi kunci untuk meningkatkan minat wisatawan," jelas dia.
Sementara, Peneliti Media Digital dan Komunikasi, Detta Rahmawan, menambahkan copywriting dalam komunikasi krisis sangat diperlukan. Sebab hal tersebut akan berpengaruh terhadap reaksi netizen di media sosial.
"Sekarang pelaku usaha harus bisa menulis dengan menggunakan tone komunikasi yang tepat, humanis empati, dan menyampaikan harapan yang tulus, dan dibuat-buat. Serta, bisa menggunakan pesan yang singkat, padat, mudah diingat, dan hindari jargon yang kaku," katanya.
Baca Juga: Eksotisnya Nggak Kira-kira, Intip Kemolekan Temajuk Kembaran Belitung
Detta juga menjelaskan, untuk memudahkan penyelesaian konteks krisis hingga menentukan strategi komunikasi yang tepat, juga diperlukan penelusuran perbincangan digital. Caranya dengan menggunakan aplikasi untuk monitoring media sosial, berita online.
"Ada platform-platform analisis yang bisa membantu kita yang dapat mempelajari perbincangan-perbincangan yang ada di dunia digital. Media sosial bisa kita gunakan untuk strategi komunikasi kita ke depannya, terutama dalam hal krisis," beber dia.
Tenaga Ahli untuk The World Bank, USAID, dan Kemenparekraf, Kunto Adi Wibowo, juga menerangkan meskipun komunikasi tidak dapat menyelesaikan semua hal, namun setidaknya komunikasi menjadi penting untuk mencari solusi bagi sebuah masalah.
"Komunikasi tidak dapat menyelesaikan semua hal. Walaupun dia bukan menjadi obat segala permasalahan. Dengan komunikasi yang baik kita mendapati strategi komunikasi untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada," pungkasnya.