Terdampak Pandemi, Puluhan Perusahaan di Jepang Tawarkan Pensiun Dini

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 10 November 2020 | 16:06 WIB
Terdampak Pandemi, Puluhan Perusahaan di Jepang Tawarkan Pensiun Dini
Ilustrasi karyawan pensiun dini. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dampak pandemi yang dirasakan perusahaan membuat tidak sedikit yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga menawarkan pensiun dini pada karyawan.

Bahkan dilansir Anadolu Agency, jumlah perusahaan di Jepang yang menawarkan program pensiun dini naik lebih dari dua kali lipat tahun ini.

Menurut penelitian Tokyo Shoko Research yang dikutip Koyodo News, penurunan permintaan yang cepat mendorong para eksekutif untuk segera memangkas biaya dengan mengurangi personel.

Data menunjukkan bahwa 72 perusahaan yang terdaftar menawarkan pensiun dini kepada sekitar 14.000 karyawan pada 29 Oktober.

Baca Juga: Diminati Turis, Tapi Kenapa Jepang Cuma Punya Sedikit Hotel Bintang Lima?

Setidaknya 12, atau sekitar 17 persen perusahaan, berasal dari sektor restoran dan tekstil.

"Beberapa perusahaan menurunkan usia syarat pensiun menjadi 30-an atau bahkan 20-an [dari syarat normal sekitar 45 ke atas], karena mereka sangat perlu mengurangi tenaga kerja mereka sebagai respons atas pendapatan yang memburuk dengan pesat," kata penelitian tersebut.

Pemerintah Jepang telah menanamkan uang tunai di pasar, memberikan dukungan moneter kepada perusahaan dan juga menawarkan subsidi untuk membantu perusahaan membayar tunjangan cuti hingga akhir tahun.

Ekonomi Jepang menyusut lebih dari 28 persen di tengah pandemi.

Hitachi Metals Ltd., produsen otomotif, infrastruktur dan suku cadang elektronik, sedang mempertimbangkan untuk memangkas 1.030 lapangan pekerjaan, diikuti oleh operator apartemen Leopalace21 Corp dengan 1.000 karyawan dan Coca-Cola Bottlers Japan Holdings Inc. dengan 900 posisi.

Baca Juga: 23 Pabrik di Tangerang Bangkrut Selama Wabah, Pengangguran Makin Banyak

Jepang mencatat lebih dari 1.000 kasus baru dalam beberapa hari terakhir menjadikan jumlah nasional menjadi 109.112.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI