Suara.com - Memasuki musim hujan, bukan hanya penyakit seperti demam berdarah dengue yang mesti diwaspadai. Tapi juga ancaman dari teror ular kobra.
Hal ini karena menurut Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia, Aji Rachmat saat ini telah memasuki periode tetas telur ular kobra menjelang akhir tahun.
“Bulan November dan Desember adalah bulan menetasnya telur-telur ular kobra karena proses siklus biologi alami mereka. Seperti tahun lalu, banyak ditemukan bayi-bayi kobra di sekeliling rumah tinggal kita,” ujar Aji dalam pernyataannya seperti rilis yang diterima Suara.com, Selasa (10/11/2020).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pada Agustus-September jadi periode ular bertelur di lingkungan sekitar manusia. Sedangkan pada bulan November-Desember merupakan periode telur menetas.
Baca Juga: Heboh, Warga Pangkalan Jati Diteror 2 Ekor Kobra, Sembunyi di Tumpukan Kain
“Jadi ular itu cenderung bertelur di tempat-tempat yang banyak makanan untuk bayi-bayinya. Salah satu tempat yang memenuhi kriteria itu tentunya tempat tinggal manusia, dan jika ada area yang nyaman, ular akan berkembang biak di tempat tersebut,” katanya.
Aji menambahkan jumlah ular diperkirakan semakin banyak dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan predator ular semakin sedikit. Karena hal itulah, menyebabkan tidak adanya kontrol populasi dari alam.
Mengingat kondisi dan situasinya cukup memprihatinkan dan sangat berbahaya, yuk kenali lebih lanjut tentang 7 fakta kenapa telur ular menetas di lingkungan sekitar hunian kita, berikut diantaranya:
- Ular adalah satwa liar yang habitatnya dekat dengan manusia. Mereka mendapatkan makanan di sekitar tinggal kita. Induk ular secara insting akan menaruh telur nya di lokasi yang banyak makanan ular untuk mencukupi kebutuhan anak-anak nya nanti.
- Ular adalah satwa yang mampu beradaptasi cepat dengan lingkungan baru termasuk pembangunan kawasan yang awalnya adalah habitat mereka. Meskipun tergusur, ular dapat bertahan hidup di sela sela pondasi dan rumah warga.
- Ular adalah satwa soliter, hidup sendiri bukan berkelompok sehingga sulit diketahui keberadaannya. Jika ada temuan satu ekor ular, tidak berarti ada kawanannya di sekitar mereka. Ular sangat pintar bersembunyi.
- Ular tidak membuat sarang. Sarang adalah tempat tinggal satwa, jika keluar cari makan dia akan balik lagi ke tempat yang sama. Sedangkan ular bersifat nomaden atau berpindah pindah. Jikalau ditemukan lubang tetasan telur ular, itu adalah tempat induk ular menaruh telurnya dan ditinggal. Induk ular tidak mengerami telur ular.
- Makanan ular/prey (mangsa) banyak ditemukan di sekitar hunian. Dari cacing, jangkrik, kadal, kodok, tikus hingga burung merupakan prey alami ular yang mudah ditemukan. Mangsa ini akan mengundang ular hadir di sekitar tempat tinggal warga dan jika ada area yang nyaman , ular akan berkembang biak.
- Predator alami ular semakin berkurang jumlahnya, sehingga tidak ada kontrol populasi ular secara alami di alam. Kita perlu menjaga keberadaan Musang, garangan dan biawak yang menjadi satwa pemangsa telur serta bayi ular. Begitu pula burung karnivora (elang, burung hantu) yang merupakan pemangsa ular yang efektif di alam.
- Di kawasan rumah warga kampung/perumahan/cluster, Terdapat area yang tidak pernah di bersihkan/di rawat sehingga memberikan lokasi nyaman bagi ular untuk berkembang biak dan ketersediaan makanan melimpah. Sudut-sudut gelap dan liar ini adalah tempat yang dicari oleh induk ular untuk meletakkan telurnya dan ditinggal.